Kamis, 29 Maret 2018

TIPS MENGATASI PERILAKU MEMUKUL PADA ANAK BALITA

Bila anak balita memukul, apa yang sebaiknya dilakukan orangtua?




Mbak Okina Fitriani, founder Enlightening Parenting menyarankan beberapa hal berikut ini :

1. Berhenti melabel anak, lakukan chunking down untuk menghilangkan label atau limiting belief yang terlanjur dilekatkan pada anak. Selesaikan emosi.

2. Lakukan "The Power of Touch"
Pijatan itu"memberi makan" terhadap lapar sentuhan yang mungkin tidak terpenuhi saat 0-2 tahun, atau anak memiliki kebutuhan sensori yang masih tinggi. Tekniknya bisa dicari, googling saja aneka pijatan sensori/stimulasi bayi. (ini pijatan untuk situasi normal ya. Untuk Anak Berkebutuhan Khusus berbeda. Anak ABK programnya tailored sesuai assesment.

3. Jadilah detektif kebaikan yang mengapresiasi setiap kebaikan yang dilakukan anak, meski pun kebaikan kecil.

4. Konsisten, fokus pada tujuan.

5. Optimalkan peran ayah.

6. Check mainan, tontonan dan perilaku orang-orang yang terlibat dalam pengasuhan anak, apakah dari situ anak ketularan emosi atau perilaku memukul?

Detailnya bagaimana? Silakan disimak sharing pengalaman Mbak Winda, salah seorang alumni Training Enlightening Parenting berikut ini :



Reinstall Fitrah Anak

.

Pernah saya melabel abang (2 tahun 11 bulan) "suka pukul" beberapa bulan lalu. Padahal kalo dihitung dalam 24 jam, mungkin abang cuma 3-5 menit saja memukul itupun setelah diakumulasikan seharian. Yang artinya hanya 0,003% abang menghabiskan waktunya untuk memukul, sedangkan sisanya abang gunakan untuk melakukan hal lain, yang bahkan mungkin sangat baik tapi luput dari perhatian saya.
.
Sayapun berusaha mencari penyebab abang meniru perilaku seperti memukul itu. Kondisi emosi saya tidak netral sehingga saya cenderung menyalahkan lingkungan, dan tidak melihat kesalahan2 yang saya perbuat. Setelah saya menganalisis sendiri dan menarik kesimpulan bahwa abang meniru dari lingkungan, saya minta pendapat cikgu @okinaf untuk kasus abang yang satu ini. Cikgu mengingatkan saya agar saya mengecek semua tontonan, buku, melakukan pijatan, memberikan apresiasi dan mengajaknya main di taman.
.
Satu per satu saya lakukan, Alhamdulillah untuk buku dan tontonan masih bisa dibilang bersih dari hal2 yang berbau kekerasan. Pijatan diseluruh tubuh abang saya lakukan setiap hari setelah mandi. Kalo ditanya apa hubungannya? Sangat besar dan saya pikir sebagian besar perubahan terjadi karena pijatan ini. Pijatan lembut merangsang hormon oksitosin yang berguna untuk memberikan rasa nyaman dan kasih sayang. Lagipula siapa sih yang tidak suka dipijat oleh orang yang kita sayangi? 😍
.
Kemudian saya menjadi detektif kebaikan, saya fokuskan perhatian saya ketika abang melakukan hal baik. Seperti saat dia bisa main sendiri sedangkan saya mengerjakan pekerjaan rumah, saat dia mandi dan makan sendiri, pada saat dia berani melihat serangga, pada saat dia menemani saya membungkus pesanan orang lain dan membantu membawa beberapa bungkusan ke depan rumah, dan kebaikan2 kecil lain yang kadang luput dari perhatian saya.
.
Terakhir, saya dan suami membuat program main di taman setiap 4 hari sekali. Setiap suami libur kerja, kami bediskusi menentukan taman yang akan kami kunjungi. Dan sekarang programnya dimodifikasi karena abang sangat suka berenang, jadi dalam 1 minggu ada hari dimana main ditaman diganti dengan kegiatan berenang.
.
Hasilnya, tidak perlu menunggu lama kebiasaan abang memukul hilang dengan sendirinya. Kalau cikgu memprediksi 2 bulan akan terjadi perubahan, yang saya alami justru lebih cepat 1 bulan. Ternyata melakukan perubahan tidaklah sulit, yang dibutuhkan adalah niat, konsisten dan kongruen. Hasilnya biarlah Allah yang menentukan. 💜
.

3 komentar:

Herva Yulyanti mengatakan...

makasi mba reminder banget buat aku stop ya melabelkan, anakku sih belakangan uda berhenti mukul sejak aku beliin buku birrul walidain :)

Juliana Dewi Kartikawati mengatakan...

@herva yulyanti : sama-sama...Alhamdulillah :-)

Mporatne mengatakan...

memuji sang anak merupakan cara agar ia mau berubah. sabar aja bunda pasti anak akan berubah karena bunda nya mau berubah melebelisasi sang anak.