Minggu, 28 Juni 2015

Pengantin Emas dan Laki-laki Berjas Coklat

28 Juni 1998. Perempuan  itu menunggu dengan hati berdebar. Hari ini hari yang sangat istimewa. Bahkan lebih istimewa daripada ulang tahun ke-17nya, hari dimana dia lulus perguruan tinggi negri, hari pertama  mengenakan jilbab, wisuda sarjana, dan hari dimana dia diterima bekerja. Dia bahkan tak percaya akhirnya tiba hari di mana lembaran hidupnya akan berganti baru.



Cemas, senang, takjub  memenuhi dada. Tak henti-henti ia mengucap syukur atas semua peristiwa, skenario yang di rancang Tuhan untuk jalan hidupnya.

Sebentar lagi laki-laki itu akan datang bersama rombongan keluarganya, membawa barang-barang seserahan pernikahan. Sembako, pakaian, alat shalat, perhiasan, handuk, selimut, produk perawatan wajah dan tubuh, tas-sepatu- sandal, kue-kue dan uang tunai. Semua adalah simbol bahwa laki-laki itu  mampu bertanggung jawab mencukupi kebutuhan hidup istrinya kelak. Begitulah adat yang berlaku dan sudah disepakati sebelumnya.

Juru rias telah sibuk mendandani perempuan itu sejak usai shalat subuh. Kini perempuan itu menjelma menjadi  mempelai wanita lengkap dengan jilbab dan kebaya warna emas hasil rancangan ibunya.

Debar di dadanya kian hebat. Sang pengantin emas duduk di kamarnya, merenungi peristiwa yang terangkai beberapa bulan sebelum tibanya hari itu.

Dia telah melewati masa dimana seorang wanita tampak bersinar-sinar pesonanya. Dia bukanlah perempuan yang sangat cantik, tapi setidaknya di saat bersamaan, ada 4 orang pria yang menganggapnya menarik. Empat pria itu secara serempak menyatakan niat ingin  menjadikannya istri.

Lalu bagaimana hingga akhirnya dia menjatuhkan pilihannya pada lelaki kekar  bersuara lantang yang bicaranya tak pakai basa-basi ? Melalui audisi?

Manusia sangat terbatas pengetahuannya.  Bertanya sana-sini dan riset sendiri tak akan cukup menyimpulkan pilihan terbaik. Maka perempuan itu memilih bersandar padaNya. Dia menyadari, hanya petunjuk Tuhan yang pantas dijadikan referensi.

Shalat istikharah 7 hari. Itulah resepnya. Dalam 7 hari, Sang Khalik menunjukkan siapa 4 pria itu. Singkatnya pria keempatlah yang dipilihkanNya sebagai jodoh.

Kisah selengkapnya ada ditulisan berbahasa Inggris di sini “Choosing Soul Mate withinSeven Days”
***

Laki-laki berjas coklat itu tampak tak sabar. Duduk di ruang tamu rumahnya, dia menanti saudara dan rombongan tetangga terdekat datang. Merekalah yang akan mengiringi membawa seserahan ke rumah perempuan pilihan hatinya. Dia ingin cepat-cepat menuju ke sana.

Laki-laki itu menghela nafas. Antara lega dan cemas. Lega karena perjuangannya mewujudkan hari terindah akhirnya terlaksana.  Jas coklat yang dikenankannya membuat dia tampil gagah. Padahal bukan jas itu yang semula diidamkan menjadi saksi bisu pernikahannya.

Pikirannya melayang ke beberapa minggu sebelumnya. Pernikahan tentulah peristiwa yang sangat istimewa, karena itu ia ingin mempersiapkan segala yang terbaik, termasuk jas yang akan dikenakan saat ijab kabul.

Bukan main-main, dia sudah menyiapkan dana untuk membuat jas di penjahit terbaik sekota Palembang. Semua itu agar dia bisa tampil maksimal. Kalau perlu dia ingin menjadi pria paling ganteng sedunia dengan jas itu, hingga wanita-wanita yang melihatnya iri pada perempuan pilihan hatinya.

Maka dipesanlah jas terbaik dengan bahan terbagus pada  penjahit ternama di pertokoan terkeren seantero Palembang. Jas itu akhirnya selesai. Hanya belum sempat diambil.  Tapi rencana manusia sering tak kompak dengan kenyataan.  Tepat di malam sebelum  pesanan diambil, si jago merah melalap habis  pertokoan berikut  jas calon mempelai pria. Maka gagallah laki-laki 27 tahun itu mengenakan jas terbaik dengan bahan terbagus hasil karya penjahit ternama dari pertokoan terkeren seantero Palembang. Padahal waktu menuju pernikahan hanya  tinggal 3 hari lagi. Duuuh...

Seorang teman memberi tahu tentang seorang penjahit pinggir jalan yang mampu menyelesaikan jas dengan seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Antara panik dan pasrah, laki-laki itu memesan jas pada si Doel. Begitulah nama penjahit pinggir jalan itu.

Dia memilih bahan terbaik yang ada di lapak si Doel. Warna coklat. Itu pilihan yang dijatuhkannya, untuk memberi kesan berbeda dari warna hitam  yang terlalu mainstream. Doel berjanji jas akan selesai dalam 2 hari. Itu artinya hanya sehari sebelum hari pernikahan.

Dua hari berlalu, laki-laki itu menyambangi lapak si Doel. Aduhaai.... jas coklat itu bukan main eloknya. Jahitan, kantung, bagian dalam dan kerahnya sangat bagus dan rapi. Tidak ada  lajur benang jahitan yang miring atau berbelok. Saat di kenakan ternyata sangat pas dan nyaman. Sungguh sulit dipercaya bahwa kualitas pinggir jalan bisa menyamai kualitas penjahit yang sudah punya nama besar. Yang membedakan hanyalah harganya yang jauh lebih murah, hampir separuh dari jas yang di pesan dari penjahit nomor wahid di Palembang. Tampaknya si Doel layak mendapat gelar baru, dialah penjahit super wahid yang sesungguhnya. Jas coklat karya si Doel berhasil membuat laki-laki kekar itu tampil gagah bukan buatan.

28 Juni 1998 pukul 8.00 WIB. Suara lantang mempelai pria membelah kesunyian. Ijab kabul dalam satu nafas melantun lancar, menandai dimulainya babak baru kehidupan rumah tangga. Pengantin emas tak mampu menahan air mata, dia kini sudah resmi menjadi istri laki-laki berjas coklat yang gagah bukan buatan. Haru dan bahagia. Mulai hari itu hingga hari ini, tak putus-putusnya syukur yang mendalam terucap. Tuhan telah memberikan yang terbaik bagi keduanya.. Alhamdulillah..

Siapakah gerangan perempuan dan laki-laki itu? Merek tak lain adalah aku dan si Akang. Hehehe..

Hari ini 17 tahun usia pernikahan kami. Semoga  Allah memberikan rahmat dan tuntunannya hingga rumah tangga kami selalu sakinah mawaddah warrahmah, langgeng dunia akhirat. Semoga kami diberi kekuatan dan kemudahan mengasuh dan mendidik anak-anak menjadi manusia shalehah dan shaleh, yang hidupnya bahagia dunia akhirat.


Aamiin ya rabbal ‘alamin...

1998

2001

2003

2007

2008

2010

2013


2014

2015