Senin, 27 Juni 2011

PERJALANAN MENUJU EROPA

Tibalah hari yang aku tunggu-tunggu. Hari Selasa 5 April 2011, aku diantar suami dan anak-anak ke bandara Soekarno-Hatta. Sepanjang perjalanan tak lepas dari bersyukur dan berdoa semoga semuanya lancar. Saat tiba di bandara, sebelum turun dari mobil, aku peluk dan cium anak-anak dan suami lalu turun dengan gembira.

Aku dan peserta tour lainnya berkumpul di terminal 2D/E di dekat resto Hoka-hoka Bento jam 16.30.Disana sang tour leader sudah menunggu. Dia memperkenalkan diri, lalu sibuk mengurus bagasi peserta tour, dan membagikan pasport dan visa serta tiket boarding pass pada seluruh peserta tour yang berjumlah 37 orang. Dia memberikan penjelasan singkat dan meminta kami untuk benar-benar menjaga dokumen penting seperti visa-passport dan tiket pesawat karena kalau sampai hilang berarti bencana besar buat yang bersangkutan.

Untuk memudahkan, aku memakai tas pinggang kecil yang bisa memuat uang (mata uang yang dibawa Euro, dan Swiss Franc), dokumen penting, kartu kredit dan camera pocket. Jadi dokumen yang selama perjalanan mesti diperiksa petugas bandara dan imigrasi bisa dengan mudah dikeluarkan dan disimpan kembali tanpa harus “hilang “ dari pengawasanku. Tas itu tidak aku lepaskan selama perjalanan, mengingat aku termasuk orang yang ceroboh dan pelupa.

Setelah semua beres, kami dipimpin sang tour leader menuju gerbang ke berangkatan. Sebelumnya kami melewati pemeriksaan imigrasi. Saat pemeriksaan, dilarang membawa minuman, jadi aku yang suka membawa air mineral harus meneguk habis air itu sebelum masuk pemeriksaan imigrasi.

Kami akan berangkat menuju Roma Italy, tapi akan transit sebanyak 2 kali yaitu di Singapore dan di Istanbul-Turki.Jam keberangkatan kami dengan pesawat Turkish Airlines dengan nomor keberangkatan TK 67 adalah pukul 19.15 WIB. Pesawat yang membawa kami berjenis Air Bus A330-200. Satu hal yang aku lupa adalah aku dan Mariska tak sempat makan malam. Makan siangpun aku tak sempat karena fikiran sudahtidak fokus lagi. Akibatnya kami kelaparan. Di ruang tunggu tidak ada makanan apalagi minuman. Yah, terpaksa deh kami menahan lapar.

Tepat pukul 19.15 WIB kami berangkat. Sejak berangkat, aku dan Mariska sudah menunggu-nunggu kapan para pramugari-pramugara akan membagikan makanan. Perut sudah keroncongan. Beberapa saat kemudian seorang pramugara mendorong kereta berisi minuman dan makanan. Hatiku bersorak. Tapi, yaaaah…. Ternyata kami cuma dapat sepotong roti imut-imut kecil mungil nan mini yang sekali lewat tenggorokan maka selesailah sudah. Hiks..hiks…agak mendingan aku bisa minum teh hangat untuk memenangkan perut yang keroncongan.

Tiba di Singapore jam 21 WIB. Kami transit selama satu jam, di Bandara Changi. Rasa lapar dan haus masih merongrong. Tapi aku duduk saja dengan pasrah selama lebih kurang satu jam. Ketika kembali harus berangkat, saat aku sudah berada di tengah-tengah antrian menuju pesawat, mataku menangkap sebuah tulisan di sudut ruangan. Tulisan itu berbunyi “ Free Drinking Water” lengkap dengan keran air minum dibawah tulisan itu. Hah?? Kenapa gak dari tadi kelihatan tulisan itu? Oalaaah… aku tadi duduk membelakangi keran air itu! Yaaah…. Tidak mungkin lagi berlari untuk minum karena petugas bandara sudah meminta dokumenku dan mempersilahkan masuk pesawat. Huaaaa…. Bukan rezeki namanya…

Saat berada di dalam pesawat yang membawa ke Istanbul-Turki, mataku sudah sulit terpejam. Lapar dan haus. Untuk mengisi waktu aku memilih menonton filmdari layar TV mungil yang ada didepanku. Ada banyak pilihan film, setelah memilih-milih aku putuskan menonton “ I Think I Love my Wife”. Bukan hanya film, dari layar kecil itu masing-masing penumpang bisa memilih apakah mau mendengar musik, main game, membaca berbagai info pariwisata di Turki, atau melihat pemandangan di depan pesawat yang sedang terbang. Rupanya di bagian depan pesawat dipasangi camera yang menangkap gambar sehingga setiap penumpang bisa melihat awan, dan pemandangan dari atas. Sayangnya saat itu langit gelap, jadi tak terlihat apa-apa.

Setelah bosan nonton, sementara perutku sudah perih menjerit-jerit, aku memperhatikan sekelilingku. Para penumpang banyak yang tertidur. Termasuk juga Mariska yang terlelap disampingku. Jam di pergelangan tangan Mariska menunjukan pukul 24 WIB, ketika akhirnya aku lihat para pramugara-pramugari mendorong kereta makanan menyusuri lorong-lorong antar penumpang. Aku bangunkan Mariska. “ Bangun..bangun.. Makan!” Bisikku. Mariska kontan bangun. Ha..ha…

Saat makanan dibagikan, rasanya lega sekali. Dengan penuh rasa ingin tau, kami perhatikan menu yang disediakan. Kelihatannya masakan Turki. Makanan ini disediakan oleh Turkish Do &Co Catering Service. Menunya roti dan cake kacang, pure kentang, ikan salmon steam, salad udang, acar timun, roti+keju putih lembut. Bagaikan musafir kelaparan dan kehausan ditengah padang pasir, meskipun rasa masakannya asing di mulut, kami lahap habis semua hidangan itu. Minumanpun beberapa kali kami minta ditambah.

Setelah makan, aku dan Mariska malah tidak bisa tidur. Kami lalu mengobrol ini itu, saat obrolan sudah habis, kami mulai memperhatikan pramugara ganteng yang wara-wiri terus. “ Hayo.. coba perhatikan, mirip siapa dia itu?” kataku. “ Kayaknya familiar ya wajahnya..dagunya yang belah itu …” Kata Mariska. Kami berpandang-pandangan lalu sama-sama berseru “ Jhon Travolta!!” ha..ha… Sejak itu kami memanggil sang pramugara dengan “si Jhon”.

Entah berapa jam lamanya kami bengong saja, sampai tiba waktunya si Jhon dan kawan-kawan datang lagi dengan kereta makanannya. Aku tidak tahu ini makan pagi, makan siang, makan sore atau makan malam, karena langit diluar gelap terus. Menunya kali ini Omelet tebal, kentang steam dengan minyak zaitun, daun… apa ya? Kami menyebutnya daun khas Turki (sok tahu..), buah zaitun, potongan buah, slice beef dengan keju tebal dan salted butter, roti, selai strawberry dan butter. Heran, rasanya kami baru makan, tapi kok lapar lagi.. saking semangatnya makan, Mariska sampai membuat minyak zaitun muncrat dan mengenai Bapak yang duduk didepannya. Segera saja dia minta maaf sama si Bapak, sambil nyengir-nyengir kuda. Qiqiqqiqiqi…

Masalah rasa, entahlah… kami tak yakin apakah rasa masakannya enak, tidak enak, aneh atau asing. Ada yang terasa hambar, asin, dan aneh. Aneh. misalnya saja, buah zaitun yang diberi entah bumbu apa sehingga rasanya asin-pahit-asam. Sulit menggambarkan rasanya, kira-kira begitu. Tapi kami berubah jadi makhluk pemangsa makanan, mungkin karena terbayang kelaparan yang baru saja kami alami, sehingga habislah semuanya… masuk ke perut dengan sukses. Pokoknya dari kelaparan kami berubah jadi kekenyangan.Ha..ha..

Saat langit terlihat terang, jam ditangan Mariska menunjukan pukul 10 WIB, kami tiba di bandara Attaturk di Istanbul-Turki. Rupanya saat itu pukul 6 pagi waktu setempat. Keluar dari pesawat kami terkaget-kaget karena disambut udara dingin menusuk tulang. Terasa sekali perbedaaan suhu yang drastis, dari dalam pesawat yang berpenghangat dan suhu di luar yang dingin menusuk.

Kami dengan tertib turun dan kembali naik bus yang mengantar kami ke ruangan bandara. Di pintu menuju ruang dalam bandara terpampang tulisan “ HAGEL DINIZ” yang artinya Selamat Datang.

Acara selanjutnya adalah, kami menghabiskan waktu selama 3 jam berkeliaran di bandara Attaturk. Selain jalan-jalan di shopping arcade-nya dengan stand-stand besar dan kecil serta toko yang besar seperti DUTY FREE dan lain-lain, berfoto-ria,melihat-lihat barang-barang yang dijual disana misalnya perfume dan makanan, kami juga wara-wiri ke toilet, lalu beli minuman, dan melihat-lihat orang-orang dari berbagai suku bangsa berkeliaran disana. Salah satu stand menarik minat Mariska, yaitu: Turkish Ice Cream.Seorang anak muda dengan pakaian khas Turki lengkap dengan topinya berdiri menunggu pembeli di stand itu. Mariska lalu memesan satu scoop ice cream.




Dengan senyum ramahnya sang anak muda memberikan sebuah cone pada Mariska. Lalu dengan gaya dia mengambil sebatang besi yang berfungsi sebagai sendok pengambil ice cream. Dia menyodorkan besi dengan ice cream diujungnya ke cone ditangan Mariska. Tapi tiba2 syuuut….syuuut…. dia memutar-mutar batang besi itu,tak jadi meletakkan ice cream di cone-nya. Mariska bengong. Si anak muda kembali menyodorkan ice cream, tapi sebelum menyentuh cone, lagi-lagi dia memutar-mutar batang besi itu dengan senyum iseng… halaaah… tinggallah Mariska nyengir-nyengir sebal dengan cone kosong ditangannya. Setelah “puas”, si anak muda akhirnya benar-benar meletakkan ice cream itu di cone, dan Mariska tersenyum lebar, melenggang pergi dengan ice cream hijau-coklat-putih ditangannya. Benar-benar iseng si penjual ice cream ini, soalnya lagi sepi pembeli..ha..ha…



Pukul 9 waktu setempat, kami berangkat lagi dengan pesawat Turkish Airlines berjenis Air Bus A 320 dengan nomor penerbangan TK 1861 tujuan Roma Italy.


Di penerbangan ini kami tak sempat merasa lapar. Berbagai acara makan tak pernah kami lewati. Jadi apa yang kami lakukan adalah makan, tidur, ke toilet, nonton, mendengarkan musik, menikmati pemandangan dari jendela pesawat, dan sesekali memindahkan posisi duduk karena bokong yang terasa pegal karena duduk terus.

Menu makanan di pesawat ini banyak macamnya. Penumpang bisa memilih mana yang diinginkan, misalnya saja untuk breakfast :
Yoghurt with muesli, white cheese (yang rasanya asin-pahit), kasar cheese(keju yang teksturnya kenyal),marrinated black and green olive ( buah zaitun yang rasanya asin-asam), scrambled eggs, cheese borek/sauteed mushroom, grilled tomato and green pepper, ovenfresh bread, butterand jam.

Lalu untuk minumannya ada teh dan kopi panas. Tapi bisa juga memilih minuman lain misalnya : whisky, gin, vodka, raki, Turkish and International wines, beers, tubong/Efes Pilsen (yang ini gak mungkin kami pilih, soalnya beralkohol). Lalu ada pilihan jus misalnya orange, sourcherry, tomato dan apple. Pilihan soft drink misalnya coca cola, sprite, maden suyu, ayran, ice tea, dan mineral water.

Perjalanan ini total sekitar 16 jam sejak dari Jakarta hingga Roma termasuk transitnya. Akhirnya setelah mati gaya mencapai puncaknya, kamipun tiba dengan selamat di bandara Leonardo da Vinci atau Fiumicino di kota Roma Italy. Alhamdulillah…

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Ayuk Dewi yang cantik.. Cerita ini akan terus menjadi pengalaman yang tak terlupakan sekaligus menyenangkan ya.. Bagus sekali ceritanya.. Two thumbs up for u deh.. :)

lili setiawan mengatakan...

wuih...ngebayangin berada di pesawat selama 16 jam sungguh sebuah perjalanan panjang dan penuh warna dalam sekejap dunia mu hanya sebatas ruang kabin saja tidak ada banyak aktivitas bisa di lakukan tapi cukup seru juga btw apa ga masuk angin tuh kelaperan di pesawat...

O iya cerita kamu di Itali mana ?

Di tunggu kunjungan berikutnya teman jangan lupa komentarnya. terimakasih...