Kamis, 05 September 2019

TENTANG SELF TALK

Di kelas Merajut Cinta dengan Orang Tua dan Mertua - Enlightening Parenting, hari Minggu 25 Agustus 2019 lalu, usai materi teknik mengelola emosi dengan dissosiasi, salah seorang peserta bertanya tentang Self Talk.
Pertanyaan dan jawaban saya share di sini untuk menambah pengetahuan tentang Self Talk.
Tanya :
Ketika anak buah di kantor kerjanya nggak bagus, saya marah-marahi. Padahal sebenarnya saya tahu kalau marah-marah itu nggak benar. Tapi saya tetap ingin marah-marah. Bagaimana cara menghadapi dorongan ego ini?


Jawab :
Sebenarnya semua peristiwa yang terjadi itu netral. Anak buah kerjanya tidak bagus itu sebenarnya peristiwa netral saja. Yang menyebabkan anda marah-marah itu, bukan anak buah anda, tapi self talk anda sendiri yang memberi makna pada peristiwa itu. Jadi respon atau tindakan kita didorong oleh self talk kita sendiri.
Coba lakukan *dissosiasi (teknik melepaskan diri dari kondisi emosi tidak memberdayakan), lalu teliti, ada self talk apa di kepala anda?
Kalau ada yang bilang," Dasar anak buah guoblokk!! Memang pantesnya diamuk-amukin!
Kalau yang model begini self talk yang anda ikuti, ya jelas respon anda ngamuk.
Tapi kalau sebentar saja anda menahan diri, lalu dengarkan self talk anda yang lain, pasti ada yang bilang'
"Aku ini mau jadi atasan yang mendidik anak buah, apa mau jadi monster??"
Tidak ada manusia yang self talknya cuma satu. Selalu ada self talk yang bijak, yang tunduk pada ketaatan. Karena pada dasarnya fitrah manusia itu baik.
Contohnya saja, saat bangun tidur dini hari. Saat buka mata self talk sudah ribut.
Ada yang bilang, "Ah masih ngantuk.. enak banget kalau tidur lagi. Ya udah deh tidur lagi saja."
Kalau anda ikuti self talk yang ini, respon anda akan tarik selimut, terus ngorok lagi.
Ada self talk yang bilang,"Ayo bangun..Shalat subuh dong..Siap-siap kerja!"
Kalau mengikuti self talk yang ini, anda akan bangun.
Mungkin ada self talk yang bilang,"Pasang alarm 5 menit, tidur lagi, nanti waktu alarm bunyi baru aku bangun."
Nah, silakan anda pilih self talk yang mana.
Masalahnya, kalau anda sering ,mengikuti self talk yang reaktif, yang mendorong anda untuk mengumbar emosi, ibarat otot yang sering digunakan, dia akan kuat. Self talk yang bijak tidak sempat didengarkan.
Dengan meluangkan sedikit waktu untuk dissosiasi, kita bisa mendengarkan apa saja yang dikatakan self talk kita. Lalu dari sekian banyak self talk, kita bisa pilih mana yang paling tepat, sehingga respon kita terhadap kejadian itu jadi memberdayakan.

------
Memberdayakan diri dengan Self Talk bisa dibaca di

Tidak ada komentar: