Rabu, 30 Januari 2019

KECOPETAN, SIAL ATAU NIKMAT?


Sabtu 26 Januari 2019 lalu, aku bermaksud berangkat ke Bekasi untuk menyampaikan materi di Sharing Session Enlightening Parenting bertema Mengelola Emosi “ Menjadi Orang Tua Bebas Stress” untuk komunitas orangtua murid sebuah sekolah.

Kabarnya Bekasi itu macet, maka untuk terhindar dari macet aku memutuskan berangkat naik kereta dari Bogor.

Sebelum jam 7 aku sudah siap. Cukup lama menanti datangnya taksi online, akhirnya datang juga. Di dalam taksi aku membaca –baca lagi point-point materi lewat HP. Setelah selesai, HP aku letakkan di bagian depan ransel supaya mudah dijangkau saat memerlukan. Taksi online mengantarkan aku ke depan Lapas Paledang, aku turun dengan menenteng tas ransel. Ransel itu besar dan berat, berisi laptop dan lain-lain. 


Ketika menaiki tangga aku merasa agak kepayahan oleh beratnya ransel. Perlahan aku angkat ransel itu disampirkan di pundak. Seingatku itu hanya berlangsung beberapa detik saja, beberapa langkah kemudian self talk ku bilang,” Wah.. takut dicopet kalau bawa tasnya begini..”

Aku tarik tas ransel sehingga berada dalam pelukanku. Aku kaget sekali karena ternyata resleiting ransel bagian depan sudah terbuka, dan Hpku raib! Innalillahi..

Self Talk langsung ramai di kepala. 

“Aduh gimana ini, aku harus bagaimana?”

“Kok sial banget sih aku?!”

“Siapa yang ngambil HP ku ini ya? Kurang ajar banget!”

“Acara hari ini bisa kacau. Bagaimana bisa sampai lokasi acara? Bagaimana memberi tahu panitia? Bagaimana memberi tahu Akang?”

“Kalau sampai telat ke tempat acara, kasihan banget peserta dan panitianya, huhuhuhuhu...”

Nah.. Self talk yang demikian itu jelas membuat aku panik. Tapi untungnya sudah tahu ilmu mengelola emosi yang salah satu jurusnya bernama dissosiasi. Silakan dibaca lagi penjelasannya di blogku.
Sambil melangkah turun dari jembatan penyeberangan, aku meninggalkan emosi kepanikan ditempat semula. Aku berkata pada diri sendiri,

“Stop. Jangan ribut! Sekarang mari kita pikirkan solusinya. Selesaikan emosi dulu. HP sudah hilang. Apa artinya?Aku sial? Aku kena musibah? Bukaan... !Itu makna yang tidak memberdayakan, bikin nyesek. Inget kan beberapa hari yang lalu HP itu rusak? Terus ketika dibawa ke service Center, ada seorang sales yang menawarkan HP dengan spesifikasi jauh lebih baik dari HP yang hilang ini. Aku ingin beli HP itu, tapi otak emak-emak ekonomisku melarang.

“HP ini masih bisa dibetulkan, biayanya tidak semahal beli HP baru. Jadi ya sudah diperbaiki saja.”

Nah.. sekarang HP itu hilang. Maka tak ada alasan lagi untuk tidak membeli HP baru itu kan? Ada-ada saja ya cara Tuhan mengabulkan keinginanku. Alhamdulillah”

Makna yang aku pilih sungguh melegakan, membantu aku meredakan banyak sekali rasa tak nyaman akibat kecopetan.

Sekarang tinggal memikirkan solusi. Baiklah. Pertama aku harus cari pinjaman HP untuk menghubungi si Akang di rumah. Kalau berhasil menghubungi Akang, aku bisa meminta akang memberi tahu panitia di sana untuk menjemput di stasiun Bekasi.

Beberapa satpam mengerubungiku, mereka menyampaikan simpati atas kehilangan HP. Salah seorang meminjamkan Hpnya. Aku menghubungi satu-satunya nomor HP yang aku hafal selain nomorku sendiri. Nomor si Akang. Tapi Ya Allah... HP Akang tidak aktif. Nomor rumah pun tidak bisa dihubungi. Nomor anak-anak? Nomor si Mbak? Nomor sahabat-sahabatku? Aku tidak ingat..Hiks..hiks.. Dari sini aku dapat pelajaran. Pentingnya menghafal nomor telepon orang-orang terdekat, bukan cuma nomor si Akang saja. Cateet.

Plan A gagal. Mari fleksibel dalam bertindak. Sekarang yang bisa aku lakukan adalah cepat-cepat pulang lagi ke rumah, memberi tahu Akang, lalu nyetir sendiri ke Bekasi.

Tapi untuk pulang ke rumah juga perlu HP untuk memesan taksi online. Hujan turun lumayan deras. Setelah mengucapkan terimakasih pada rombongan satpam stasiun Bogor, aku berlari kembali menyeberangi jembatan. Di ujung jembatan aku mencari-cari orang yang bisa membantu memesankan taksi online.

Sayangnya hal ini tidak mudah. 

“Maaf Ibu. Saya tidak bisa membantu. Saya takut, Bu. Tukang ojek pangkalan suka mengancam. Sebaiknya ibu naik ojek pangkalan saja di sana.” Ucap seorang bapak dengan tampang cemas.

Naik ojek pangkalan bukan solusi, sebab hujan lumayan deras dan aku tak mau laptopku kehujanan.

Aku masih bertanya-tanya pada beberapa orang lagi, sayangnya mereka tak bisa membantu.

Di pinggir tangga, ada seorang wanita muda sedang memandangi layar Hpnya. Aku hampiri dia.
“Mbak, bolehkah saya minta tolong dipesankan taksi online? Saya baru kecopetan HP. Jadi mau pulang ke rumah tidak bisa pesan taksi.”Aku memandangnya penuh harap.

“Oh iya bisa Mbak.” Jawabnya. Alhamdulillah, terimakasih ya Mbak Titi Ayu dimana pun berada, atas bantuannya. Semoga Allah melimpahkan rezeki dan keberkahanNya, Aamiin.

Akhirnya aku bisa duduk di dalam taksi online, meski tetap dengan cemas. Cemas dan khawatir terlambat tiba di lokasi sharing.

Self Talk ribut lagi.

“Ini jalan kok pakai macet segala sih.. mana Pak Sopirnya nyetirnya lambat banget. Bisa telat nih..huhuhu..apa turun aja ya, ganti naik ojek.”

Self Talk yang tidak memberdayakan itu bikin panik, supaya bisa tenang harus dilawan.

“Ini sudah upaya maksimal. Jalanan Bogor yang macet itu di luar kuasaku. Sopirnya lambat karena dia berhati-hati. Kalau nabrak tambah masalah lagi dong. Mau turun ganti naik ojek? Kan hujan boook.... Kalau laptop rusak karena kena air malah lebih parah akibatnya. Jadi tenang ya.. nikmati perjalanan ini. “

Fiuuh... Akhirnya sampai di rumah.

Aku berlari kencang masuk ke rumah,cepat-cepat memberi tahu Akang. Lalu mengambil kunci mobil dan STNK. Dan.. pinjam salah satu HP Akang. Alhamdulillah si Akang punya 2 HP, sehingga aku bisa menggunakan salah satunya untuk memudahkan komunikasi. Aku mensetting google maps menuju lokasi acara.

Secepatnya aku berlari, masuk mobil, langsung berangkat. Menurut google maps, aku akan sampai di lokasi pukul 10.09 WIB. Itu sedikit melegakan, karena acara dimulai pukul 10.30 WIB.

Yang perlu dilakukan selanjutnya adalah pasang anchor tenang dan fokus. Aku berkata pada diri sendiri,

“Jangan memikirkan hal lain, dilarang panik dan khawatir takut terlambat. Memangnya kalau terlambat apa sih resikonya? Tidak akan menghancurkan hidupku kan? Tenang. Fokus saja nyetir menuju lokasi.”

Seumur hidup baru sekali itu aku ngebut dengan enjoy dan gagah berani. Biasanya tidak berani ngebut. Anchor tenang sangat membantu. Alhamdulillah...

Rupanya si Akang mengabari sahabat-sahabatku, Mbak Okina Fitriani dan Mbak Dini Swastiana. Lalu mereka mengabari group WA sehingga panitia bisa menghubungi aku. Dan akang juga membuat pengumuman di medsos untuk mengantisipasi hal buruk yang bisa terjadi akibat HP dicopet. 
Terimakasih ya Akang Sutedja sayang..

Akhirnya, semua dimudahkan. Jalanan Bogor- Bekasi lancar jaya, tak ada macet sedikitpun. Aku tiba di lokasi acara tepat waktu. Masih sempat setting lapto. Acara sharing session bisa berlangsung lancar. Malah bisa ada tambahan sharing pengalaman mengelola emosi saat kecopetan. 🤣🤣🤣





Skill mengelola emosi bisa sangat membantu mengatasi kondisi genting. Apa yang kita sadari, bisa kita kendalikan. Selalu ada alasan untuk bersyukur, dan Tuhan selalu punya cara unik untuk mengabulkan keinginan hambaNya. 

Alhamdulillah..bisa beraktifitas di medsos lagi dengan HP baru.😍😍

2 komentar:

herva yulyanti mengatakan...

Zaman sekarang emang pada ketakutan mau nolong ya mba itu susah banget cuman minta tolong pesenin taksi online :( pelajaran juga nih buat aku semoga bisa kelola emosi dengan baik

Astria tri anjani mengatakan...

Pasti panik banget ya mbak waktu kecopetan, nggak kebayang kalau itu saya, udah nangis guling-guling mukin.
Harus belajar ilmu mengelola emosi juga nih biar lebih bijak saat bertindak dan dalam kondisi genting seperti kecopetan.

Hikmahnya dapat hp baru ya mbak....