Selasa, 02 Juni 2015

Menikmati Malam di Los Angeles dan Hollywood Walk of Fame



Kutebarkan pandangan melalui jendela pesawat menembus langit malam. Ketika pandanganku menangkap suasana  di bawah sana, aku terpesona.  Benua Amerika terhampar, dan aku berada tepat di atas  Los Angeles. Lampu-lampu membentuk noktah cahaya berkilauan serupa taburan perhiasan di atas beludru hitam. Lampu-lampu kendaraan di jalan membentuk alur bagaikan kalung berlian meliuk-liuk. Lampu dari gedung-gedung  seperti taburan mutu manikam, makin dekat makin berkilau pendar cahayanya.


Turun dari pesawat, kakiku mantap menjejak Los Angeles International Airport. Percayakah, Kawan? Perjalanan ini seolah  menghentikan waktu. Bagaimana tidak, aku berangkat dari Jakarta hari Sabtu tanggal 28 Agustus 2014 pukul 9.20 WIB, melewati 4 jam  penerbangan lalu tiba di Hongkong pukul 13.45 WIB atau 14.30 waktu setempat. Sembilan jam aku dan sahabatku, Indriya, transit di bandara Hongkong. Kami melanjutkan penerbangan pukul 23.45. Selanjutnya burung besi Cathay Pasific menerbangkan kami 15 jam lamanya hingga mendarat di bandara Los Angeles pukul 22.10 waktu setempat. Setelah melewati 28 jam sejak keberangkatan dari Jakarta, ternyata tiba di Los Angeles masih  di hari yang sama,  Sabtu tanggal 28 Agustus 2014.

 Hari yang dinanti sudah tiba. Hari ini menjadi awal langkahku menjejak Amerika sesuai apa yang sudah kutetapkan dalam resolusi 2014. Perasaanku bercampur-campur antara senang, antusias, tegang, dan sedikit cemas.

Senang adalah rasa yang selalu menyertaiku tiap kali melakukan traveling. Antusias karena ini  akan menjadi pengalaman  pertama kali  mengunjungi negara adidaya. Tegang karena aku tak tahu apa yang akan aku hadapi di sini. Apakah aku akan menemui kesulitan, hambatan atau kemudahan. Dan cemas karena  ini bukan sekedar jalan-jalan, tapi aku harus berbuat suatu kebaikan dan memperoleh kebaikan.

Muslim di Amerika adalah kaum minoritas. Masalahnya mampukah aku menjadi agen muslim yang baik, akankah aku mendapat perlakuan yang buruk karena aku muslimah dan memakai hijab. Atau sebaliknya. Semua masih misteri.

Berbeda dengan sahabatku, Indriya. Kurasa dia tak terlalu tegang. Ini bukan pertama kalinya dia melakukan traveling ke Amerika. Indriya bahkan pernah beberapa tahun tinggal di Amerika mengikuti suaminya yang saat itu bekerja di sini. Tapi ini juga kesempatan pertama dia mengunjungi Los Angeles.

“Assalamualaikum, Sisters.”  Suara bariton seseorang mengejutkanku, seolah menghapus segenap ketegangan yang menggelayuti hati. Baru sekali ini  aku merasakan sensasi melegakan mengalir dari sebuah salam yang terucap.

Mataku mencari-cari sumber suara  yang datang dari deretan petugas imigrasi. Seorang pria bertubuh tinggi menjulang berwajah Timur Tengah melemparkan senyumnya ke arah kami.

“Waalaikum salam, Brother. Are you muslim?” Tanyaku antusias.

Laki-laki itu tersenyum dan mengangguk. Rasanya senang sekali disambut oleh saudara sesama muslim, di negeri  dimana muslim adalah penduduk minoritas. Alhamdulillah, kami lancar melewati pemeriksaan imigrasi.

“Assalamualaikum. Let me help you, Sister.” Sekali lagi aku terkejut mendengar salam terucap.

Aku dan Indriya berpandangan dengan takjub. Seorang pria berwajah Pakistan menawarkan bantuannya mengangkat koper-koper kami dengan troley. Pria itu seorang porter. Ternyata di Los Angeles ada juga porter, berbeda dengan bandara di Eropa dimana aku harus mengangkat koper dan membawanya sendiri.

Kami menyambut tawarannya. Pria itu ramah sekali, bahkan dengan senang hati dia menjepretkan camera mengabadikan foto aku dan Indriya.

Kami dijemput  teman SMA Indriya, Priscilla dan suaminya Ramon. Pasangan suami istri ini ramah dan friendly. Mereka tinggal di  Los Angeles.

“Kalian tidak ingin langsung tidur, kan? Ini baru jam 10 malam,lho. Ayo kita jalan-jalan menikmati malam di Los Angeles!” Ajak Priscilla.

“Asyiik..” Sambut aku dan Indriya penuh semangat.

Selanjutnya aku tenggelam dalam keasyikan menikmati suasana Los Angeles, sementara Indriya terlibat perbincangan seru bersama Priscilla dan Ramon.

Masih banyak kendaraan yang lalu-lalang di jalan. Mataku menangkap nama-nama jalan yang kerap  disebutkan dalam film-film Hollywood.  Beverly, Fountain Avenue, Santa Monica, Romaine St, Wilcox Avenue,  Highland Avenue, Formosa, Crescent Height, Sunset Boulevard.


Di Sunset Boulevard aku melihat gedung “Laugh Factory” yang merupakan  club stand up comedy  yang kerap menampilkan bintang tamu selebriti terkenal.

Di Melrose Avenue, sebuah jalan yang terkenal lewat  film seri “Melrose Place”, kami melewati butik-butik mahal yang menyediakan pakaian dan asesoris wanita.  Di jalan ini terdapat butik dengan nama-nama terkenal seperti Alexander Mc Queen, Carolina Herera Boutique, Chantell, Diane von Furstenberg, Theory Melrose, Vera Wang dan lain-lain. Melrose Avenue merupakan pusat perbelanjaan yang cukup lengkap, bukan hanya toko-toko pakaian dan asesoris wanita, tapi juga terdapat toko-toko pakaian dan asesoris pria, buku, barang-barang antik, resto, caffe, alat-alat rumah tangga, bakery, bunga, sepatu dan lain-lain.

Hollywood Walk of Fame

Kami berhenti di sebuah jalan,  turun dari mobil lalu menyusuri trotoar dan  masuk ke sebuah mall. Mall itu tembus ke sebuah jalan yang sangat terkenal di Los Angeles, namanya Hollywood Boulevard. Jalan itu sepi , sehingga kami bebas berkeliaran dan berfoto-foto tanpa terganggu kerumunan orang.

Apa yang membuat jalan ini sangat terkenal? Tak lain karena trotoar jalan ini sepanjang 15 blok ditambah  3 blok di Vine Street menampilkan  lebih dari 2500 keramik bergambar bintang  bertuliskan nama-nama artis, tokoh terkenal  dan tokoh fiksi. Nama-nama tokoh yang tertera di sini adalah bentuk  penghargaan dari kamar dagang Hollywood atas prestasi dan kiprah mereka di dunia hiburan.


Panjang trotoar tersohor ini sekitar 2,1 Km terhampar dari  Timur ke Barat Hollywood Boulevard, ditambah segmen pendek dari Marshfield Way yang terbentang secara diagonal antara Hollywood Boulevard dan  La Brea Avenue, termasuk juga trotoar sepanjang  0,7 Km yang merupakan  segmen jalan dari Utara ke Selatan Vine Street antara Yucca Street dan Sunset Boulevard.


Monumen  tercetak pada keramik lantai dengan gambar bintang bersudut lima berwarna coral-pink dihias bingkai kuningan. Pada tiap bintang tertulis nama artis yang dibuat dengan huruf balok berbahan kuningan juga. Di bawah nama artis terdapat sebuah lingkaran yang melambangkan kategori atau bidang  kontribusi sang artis.

Ada 5 macam kategori, yang dilambangkan 5 simbol sebagai berikut :

-           Simbol berbentuk camera film   melambangkan kategori film. 
-          Simbol  bergambar televisi tabung dengan dua antena melambangkan kategori siaran televisi.
-          Simbol berbentuk piringan phonograph melambangkan kategori rekaman audio atau musik.
-          Simbol berbetuk mikropon radio melambangkan kategori siaran radio.
-          Simbol berbentuk masker melambangkan kategori teater atau pertunjukan langsung.



Sangat banyak nama artis dan penyanyi terkenal yang tertera di tempat ini. Antara lain Jhon Travolta, Amy Grant, Michael Jackson, Bruce Lee, Nicole Kidman, Bruce Wilis, Kevin Costner, Celine Dion dan lain-lain. Tapi ternyata bukan cuma artis, terdapat juga nama-nama beken lainnya seperti Muhammad Ali, petinju legendaris yang dianggap sebagai bentuk “live performance”. Ada juga penulis novel Sidney Sheldon , Thomas Edison penemu pertama proyektor film, Ronald Reagan mantan presiden Amerika, bahkan tokoh kartun seperti Mickey Mouse, Donald Duck, Snow White dan lain-lain.

Aku dan Indriya berseru-seru senang ketika menemukan nama artis-artis kesayangan kami.  Kami tak melewatkan kesempatan berfoto narsis di sini.


Lalu kami menemukan monumen Robin Williams yang saat itu baru saja meninggal dunia karena bunuh diri. Di monumen itu penggemar sang aktor meletakkan bunga, foto, buku, dan benda-benda lain disekeliling monumen untuk mengenang kepergiannya. Aku mengagumi kemampuan akting Robin Williams. Untuk itu aku menulis artikel khusus, pelajaran penting dari kasus bunuh diri Robin Williams.

Tempat-tempat Menarik di Sekitar Hollywood Walk of Fame




Di sekitar Hollywood Walk of Fame terdapat banyak tempat menarik lainnya. Misalnya Chinese Theater. Tempat ini menjadi lokasi pemutaran film-film perdana. Yang menarik di tempat ini adalah lantai semen halaman depannya yang berhias cetakan tangan dan jejak kaki artis-artis legendaris seperti Eddy Murphy, Harison Ford, Nicholas Cage, Marylin Monroe, John Wayne, Jack Nicholson dan lain-lain.


Lalu ada Museum Madam Tussauds yang letaknya berdekatan dengan Chinese Theater. Museum ini berisi patung-patung lilin tokoh-tokoh terkenal yang sangat mirip dengan tokoh aslinya.


Ada juga Museum Ripley’s Believe It or Not. Auditorium ini  menampilkan lebih dari selusin galeri yang mencakup dua lantai bangunan. Hal –hal yang aneh, luar biasa, janggal dan unik dikumpulkan dari seluruh dunia oleh Robbert Ripley di museum ini.


Lalu ada Dolby Theater yang terletak di jantung kota Hollywood. Terdapat 3400 kursi di theater ini, yang dibuka sejak November 2001. Segera setelah itu tempat ini dikenal oleh lebih dari satu milliar orang dari seluruh dunia sebagai rumah pertama dari Academy Awards.


Terdapat juga sebuah musem resmi Hollywood, yang disebut Hollywood Museum, Tempat ini  memiliki koleksi memorabilia Hollywood paling lengkap di dunia. Museum empat lantai  ini menampilkan koleksi  lebih dari 10.000 "harta karun" otentik show biz. Mulai dari kostum , properti, foto, script, koleksi mobil,  artefak pribadi, poster, dan memorabilia vintage film favorit dan acara TV. Museum ini juga menampilkan sejarah Hollywood dan Hollywood Walk of Fame.


Saat menikmati suasana di Hollywood Boulevard, kami melihat sebuah mobil polisi dengan empat personilnya. Tiga orang diantaranya tengah berbincang-bincang sambil mengawasi sekeliling. Aku dan Indriya meminta mereka untuk berfoto. Tadinya kami ragu, takut mereka menolak. Tapi ternyata mereka mau diajak berfoto. Lumayan buat kenang-kenangan. Hehehe...kapan lagi bisa bertemu personil LAPD (Los Angeles Police Department) kayak di film-film TV itu.

Makan Tengah Malam di Mel’s Drive In


Priscilla dan Ramon kemudian mentraktir kami  kami makan di resto Mel’s Drive In yang terletak di Sunset Boulevard. Resto yang didirikan oleh Steven Weiss dan Donal Wagstaff ini menyediakan masakan Amerika.






Aku tertarik dengan gaya retro yang mewarnai interior resto ini. Kami seperti dibawa ke suasana tahun 1950-an lengkap dengan detail berupa foto-foto memorabilia di dinding dan barang-barang jadul yang masih terlihat kinclong. Ada kotak musik atau radio tua  yang terdapat di atas meja. Lalu ada jukebox, yaitu sebuah gramopon atau mesin yang memainkan musik yang dipilih dengan cara memasukkan koin. Aku ingat pernah melihat alat ini di film-film lama dengan setting tahun 1950-an. 
Setelah duduk di kursi  sofa yang nyaman kami baru sadar kalau merasa lapar.  Kami memesan sup ayam, steak yang disajikan dengan kentang, salad, dan teh panas. Rasanya enak! Yang perlu dicatat di resto ini makanan disajikan dalam porsi besar,  sesuai dengan porsi orang Amerika yang makannya banyak. Untung  aku dan Indriya hanya memesan satu porsi. Walau makan satu porsi berdua, akibatnya kami kekenyangan. Hehe...




Kami makan sambil mengobrol. Ramon menceritakan banyak hal tentang tempat-tempat menarik di Los Angeles terutama tempat belanja. Dia juga menceritakan sekilas tentang Detroit, kota tujuan kami selanjutnya. Ya, esok pagi aku dan Indriya akan melanjutkan perjalanan menuju Detroit untuk hadir dalam sebuah event tahunan yang diselenggarakan oleh ISNA (Islamic Society of North America).

Rodeo Drive


Setelah kenyang, jalan-jalan malam masih berlanjut. Priscilla dan Ramon mengajak kami ke Rodeo Drive di Beverly Hills. Tempat ini keren sekali, meskipun deretan toko-tokonya sudah tutup, tapi suasana pertokoan dengan design arsitektur menarik, terlihat  mirip  sepenggal suasana di Eropa.
Toko-toko dengan merk paling bergengsi berbaris di sini. Ada toko pakaian dan aksesoris Ralph Lauren, Roberto Cavalli, Salvatore Ferragamo, Dior, Gucci, Hermes, Versace, YvesStLaurent, Valentino, Stefano Ricci dan lain-lain.  Selain itu ada toko perhiasan, restauran, sepatu, caffe, barang-barang antik, alat rumah tangga dan lain-lain.




Sebuah hotel cantik di Rodeo Drive tak luput dari perhatian kami. Namanya  Beverly Wilshire. Aku dan Indriya sengaja berfoto di sini ini karena hotel ini pernah menjadi lokasi syuting film “Pretty Woman” yang dibintangi Julia Robert dan Richard Gere. Dulu aku pernah berkali-kali menonton film ini karena jalan ceritanya yang  romantis. Haha..


Puas sekali rasanya menikmati jalan-jalan. Priscilla dan Ramon kemudian mengantar kami ke penginapan untuk istirahat. Kami berdua mengucapkan terimakasih pada pasangan suami istri baik hati  yang sudah memberikan kami pengalaman seru tak terlupakan, jalan-jalan tengah malam di Los Angeles. 


Tidak ada komentar: