Minggu, 29 Maret 2015

Tips Menyikapi Mantan Sekaligus Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga



Sumber gambar dari sini


Pernah berada dalam situasi “kikuk”seperti ini? Sedang mesra bercanda berdua suami, tiba-tiba ponsel berdering.  Panggilan disambut dan ternyata yang menelpon mantan pacar. Ups. Apa yang harus dilakukan? Melayani pembicaraan itu di depan hidung suami, atau buru-buru menutup telpon? Pilih sendiri jawabannya ya. Hehehe..

Aku jadi teringat kejadian bertahun-tahun lalu, waktu masih tinggal di Palembang. Saat aku pulang dari arisan, si Mbak asisten rumah tangga melapor dengan penuh semangat.


“Bu, tadi ada perempuan nelpon berkali-kali, cari Ibu.  Mula-mula dia tanya nama panggilan Ibu siapa, anak berapa. Lalu dia telpon lagi tanya kapan Ibu pulang, Ibu kerjanya apa. Terus telpon lagi. Pertanyaannya mulai aneh. Dia tanya rumah ini besar atau kecil, kamarnya berapa, ngontrak atau milik sendiri, Ibu punya mobil apa saja, terus tanya alamat. Saya jadi pura-pura bodoh, Bu. Saya bilang nggak ngerti alamat rumah ini. Takutnya perampok. Begitu Bu.”

Wah, menarik. Aku jadi penasaran siapa gerangan si penelpon itu. Apakah ini salah satu modus kejahatan?

Telpon kembali berdering, kuangkat.

“Hallo. Bilang saja sama Ibunya besok aku telpon lagi ya.” Klik. Ah.. wanita itu mengira aku adalah si Mbak.

Besok paginya telepon rumah kembali berdering. Suara di seberang sana memperkenalkan diri, katanya dia teman lama suamiku. Aku menjawab dengan penuh keramahan.  

“Boleh main ke rumah nggak? “ Tanyanya.

“Tentu boleh, Mbak. Silahkan. Kapan mau main?” Sahutku.

“Sebentar lagi ya. “Ujarnya.

Makin menarik nih! 

Tak lama wanita itu benar-benar datang. Dia turun dari mobil diiringi seorang lelaki tua bertubuh kurus dengan rambut beruban.

Aku menyambut mereka dengan senyum lebar, memperkenalkan diri dan mempersilakan masuk.

Aku hampir saja mengatakan,”Ini ayahnya ya?” 

Untung kalimat itu tak keburu meloncat dari bibirku, karena dia lebih dulu memperkenalkan lelaki  itu sebagai suaminya.

Si wanita melangkah masuk ruang tamu, lalu mengedarkan pandangan. Aku mengajaknya berbincang-bincang tapi tampaknya dia sangat berminat melihat-lihat rumahku. Maka aku persilakan dia melihat ruang dalam rumah.

“Besar ya. Sesuai harapan..” Gumam wanita itu.

Aku tak mengerti  maksudnya. Apanya yang besar? Rumah? Sesuai harapan siapa? Apa dia berminat membeli rumah ini? Tapi aku tak akan menjual rumah ini, dan  tak pernah pula mengiklankan rumah ini untuk dijual. Aneh sekali.

Aku sangat berminat menanyakan apa maksud ucapannya dan maksud kunjungannya ke sini.
“Silahkan duduk di mana saja, di sini boleh, di ruang tamu juga boleh. Aku bikinkan minum dulu ya..” Ujarku sambil beranjak ke dapur.

“Eh nggak usah. Kami cuma sebentar kok.  Jangan repot-repot. Kami mau permisi pulang.” Sahutnya.

“Lho, kita kan belum ngobrol-ngobrol. Mari duduk. Aku bikin pempek lho. Ayo cicipi dulu.” Senyumku menebar lebar.

“Maaf kami nggak bisa. Terimakasih. Permisi ya.” Dia mengucap salam lalu buru-buru keluar diikuti sang suami.

Aku masih berdiri dengan mulut ternganga heran di teras rumah ketika mobilnya menderu pergi dan menghilang di tikungan. Benar-benar aneh!

Ketika suamiku, si Akang, yang tengah bekerja di lapangan menelpon, aku menceritakan kejadian aneh itu.

Kujelaskan nama wanita itu dan ciri-ciri fisiknya. Apa reaksi Akang? Dia tertawa keras! 

Aku sabar menunggu hingga tawa panjang itu usai. Barulah Akang menjelaskan kalau wanita itu mantan pacarnya. Lalu giliran aku yang tertawa, sampai puas juga. Hahaha...

Tentulah sangat besar rasa ingin tahu  wanita itu hingga dia berkali-kali telpon ke rumahku, mengorek keterangan dari si Mbak, lalu datang bersama suaminya hanya untuk sebuah tour singkat di rumahku. Beberapa menit saja, bahkan duduk pun tak sempat. Entah apa yang dikatakannya pada suaminya. Apakah suaminya tahu rumah yang dikunjungi itu  rumah siapa? Pertanyaan yang tak terjawab.

Suatu hari ada mantan yang menghubungiku. Mula-mula dia tanya kabar, apa pekerjaanku sekarang. Ketika kuceritakan kalau aku sekarang ibu rumah tangga, dia melontarkan sebuah komentar yang terasa tak enak. 

“Kalau cuma jadi ibu rumah tangga kenapa dulu tak menerima lamaranku saja? Dulu alasanmu pengen jadi wanita karier, lha kok sekarang cuma  ibu rumah tangga? Sia-sia dong  bakat senimu, ilmu yang didapat dari kuliah, dan semua potensi yang ada. “

Waduh..waduh.. tampaknya harus ada yang diluruskan. Sia-sia kujelaskan kalau aku bahagia dengan pilihanku. Dia mulai menanyakan detail kehidupanku. 

“Bagaimana bakat musikmu? Gak pernah main musik lagi dong.”

“Suamiku membelikan aku piano. Aku main musik di rumah” Balasku.

“Bakat tarimu bagaimana?.”

“Aku rajin nge-gym, ikut juga kelas Belly Dance buat membahagiakan suami.” 

“Kegiatanmu apa saja selain ngurus rumah dan anak?”

“Aku menulis, aktif di beberapa komunitas, sering menemani suami touring,  dan sering juga travelling bersama teman-teman baik untuk jalan-jalan maupun misi berbagi ilmu.”

Pertanyaannya makin lama makin detail seolah meragukan kalau aku benar-benar bahagia. Lalu dia mulai berandai-andai. Andai dulu kami jadi menikah mungkin akan  begini atau begitu. Seharusnya bisa begini atau begitu.

Akhirnya kukatakan kalau aku berterimakasih dan sangat menghargai ajakannya menikah. Tapi Aku waktu itu tidak siap karena masih kuliah, dan aku terikat janji pada orangtua untuk fokus  menyelesaikan pendidikan terlebih dahulu. Aku katakan bahwa semua yang terjadi tak lepas dari rencana dan skenario Tuhan. Dia bukan untukku karena takdirku tak tertuju padanya. Tuhan sudah memilihkan yang terbaik untuk aku dan juga untuk dia. 

Urusan dengan mantan-mantan ini bisa menjadi issue sensitif tapi bisa juga menjadi bumbu penyedap hubungan dengan suami/istri lho! Di sini butuh kedewasaan dan pola pikir positif yang membawa kita pada satu keadaan. Bersyukur.

Lho kok bersyukur? Ya tentu saja. Alih-alih jadi ribut karena cemburu yang tak perlu, lebih baik berpikir positif dan bijak. Sejarah tak bisa dihapus. Di masa lalu baik aku ataupun Akang pernah menjadi bagian penting  sebuah rencana indah yang dirajut seseorang atau beberapa orang. Rencana indah yang gagal terwujud itu mungkin membuat kami menjadi pribadi  yang sangat berkesan bagi mantan. Kesan itu sangat kuat terbawa hingga bertahun-tahun kemudian membuat mereka kepo luar biasa ingin mengetahui kehidupan kami sekarang hingga detailnya.

Lalu bagaimana bila mantan  ingin bertemu? Nah ini berat. Aku sendiri berpikir bahwa bertemu dengan mantan pacar apa lagi  janjian  berdua bisa menjadi potensi bencana. Tindakan itu bisa melukai perasaan pasangan syah masing-masing.  Lagi pula kalau tujuannya hanya ingin tahu kehidupan mantan sekarang tak perlu repot harus bertemu kan? Buka saja media sosial, lihat status, foto-foto, bahkan kalau perlu ngubek-ngubek blog pribadinya. Informasi itu rasanya  sudah cukup menggambarkan bagaimana kehidupannya sekarang.  Hehe... 

Lalu bagaimana menyikapi mantan yang tiba-tiba “menyapa” tanpa mengganggu keharmonisan rumah tangga? Tips berikut ini mudah-mudahan bisa membantu :

1.        Jaga perasaan pasangan.
Tentu kita bisa mengenali atau menduga reaksi pasangan kala mengetahui mantan anda berusaha menghubungi. Ada dua alternatif.  Bila pasangan termasuk yang cemburuan level tinggi lebih baik tak perlu mengatakan pada pasangan. Yang penting anda bersikap tegas pada mantan, tak meladeni keinginan bertemu dan tetap menjaga rambu-rambu pergaulan sesuai aturan agama.  Bila anda yakin pasangan akan baik-baik saja anda bisa menceritakan padanya. Ketegasan anda pada sang mantan akan menambah nilai positif anda di mata pasangan.

2.       Bersikap tegas
Bila anda dihubungi mantan pacar yang ingin bertemu,  anda harus  bersikap tegas. Bukan hanya terhadap mantan, tapi juga pada diri sendiri. Tegaskan bahwa keadaan telah berbeda sekarang ini. Ada aturan yang harus ditaati, baik itu aturan agama maupun etika pergaulan. Hindari janji bertemu berduaan dengan mantan, karena ini bisa menjadi sumber keributan dalam rumah tangga.

3.       Jaga emosi dan berpikir positif
Bila anda berada pada posisi sebaliknya, misalnya pasangan anda yang dihubungi oleh mantan pacarnya, jagalah emosi anda dan tetap berpikir positif. Hapus pikiran negatif yang  membawa anda pada kecemburuan  seperti :
“Apa sih yang membuat sang mantan sangat terkesan? Sejauh apa hubungan mereka dulu sampai mantan kepo luar biasa seperti ini ?”

 Bukankah lebih nyaman bila berpikiran seperti ini :

 “Kehidupan kami  lebih sukses dan bahagia daripada kehidupannya hingga mantan penasaran ingin mengetahui detail kehidupan kami. “

Atau

“Pasanganku sangat istimewa, hingga sang mantan sulit “move-on”. Alangkah beruntungnya aku yang telah dipilih menjadi pendampingnya. “

Percayalah, pikiran positif membawa reaksi positif pada diri anda.

4.      Buat kesepakatan dengan pasangan.
Bicarakan dengan pasangan batasan-batasan apa yang membuat anda dan pasangan merasa nyaman. Misalnya, bolehkah  menjawab telepon atau message dari mantan? Kalau boleh bagaimana aturannya.  Kesepakatan tiap pasangan tentu berbeda, yang penting dua-duanya harus nyaman, terbuka dan mematuhi batasan yang sudah disetujui kedua pihak.

5.      Jadikan bumbu keharmonisan rumah tangga.
Saat mantan kembali menghubungi, tentu ada bagian masa lalu yang kembali terkenang dalam ingatan. Fokuskan pada hal yang membuat anda tak memilih si mantan sebagai pendamping hidup. Lalu gali  kelebihan-kelebihan pasangan dibanding mantan hingga anda merasa bersyukur telah memilih pasangan yang tepat, pasangan yang membuat hidup anda bahagia. Rasa syukur ini makin menyuburkan kemesraan anda dan suami/istri.

Urusan hati memang tidak sederhana, salah langkah sedikit perasaan pasangan bisa terluka.  Yang paling penting dalam hal ini adalah menjaga komitmen, bersama-sama memelihara keharmonisan rumah tangga dan selalu bersyukur atas jodoh yang telah dipilihkanNya.

8 komentar:

Heni Prasetyorini mengatakan...

hm, serem juga dengan kekepoan para mantan ya

Juliana Dewi Kartikawati mengatakan...

@Heni Prasetyorini : hehe... Menurut aku itu mah lucu. :-)

Tatit mengatakan...

Sikap yg bijak, beberapa tips di atas sdh aku lakukan mbak. Misalnya kalau ingin ketemu sekedar silahturahmi ya bareng ada suami atau anak.

Juliana Dewi Kartikawati mengatakan...

Iya Mbak Tatit, kalo ketemu bareng suami sih gak apa2. 😉

Silva mengatakan...

Mba itu mantan kok keponya kebangetan ya...
Serem juga kalau sampe sejauh itu.

Juliana Dewi Kartikawati mengatakan...

@Silva : ya nggak serem, lucu aja. :-)

Sri-Mulyani mengatakan...

Wah... Seru memang, lucu, bikin deg-degan... 😁

Juliana Dewi Kartikawati mengatakan...

@sri mulyani : hehehe.. lucu mah bikin ketawa atuh..😂😂