Senin, 17 November 2014

Yatim Mandiri, Wadah Amal Tepat Sasaran

Siang itu matahari  begitu garang, seolah mengerahkan   kekuatan penuh yang dimilikinya untuk menyengat bumi . Aku menghela nafas tak sabar, memandang antrian mobil yang menyemut di lampu merah. Kuinjak pedal rem dan kuhentikan mobil menanti  antrian panjang itu bergerak. Rasanya lama,  lampu hijau tak kunjung menyala.

 Seorang wanita muda berpakaian lusuh menggendong bayi berdiri di pinggir jalan. Dia menyeret kaki yang beralas sendal jepit butut, beringsut mendekat. Tangan kirinya sibuk membetulkan letak kain panjang yang  tersampir dipundaknya, menutupi leher hingga  dada. Tangan kanannya menengadah, meminta sedekah. Dia menunggu di jendela mobil kala melihat aku sibuk mengaduk-aduk tas mencari uang. Saat aku temukan selembar duapuluh ribuan, kubuka jendela mobil dan mengulurkan uang itu padanya. Bayi dalam gendongannya tiba-tiba bergerak menarik kain panjang yang tersampir dipundak. Kain itu terlepas, tampaklah leher wanita itu. Aku terkejut. Dia pun terkejut, tapi secepat kilat ia menyambar uang ditanganku. Tanpa bicara apa-apa dia membalikkan badan dan setengah berlari  menjauh dan menghilang dibalik antrian kendaraan.

Beberapa saat aku  tertegun. Masih terbayang leher wanita itu. Lehernya berwarna gelap  sama seperti kulit kusam di wajah dan tubuhnya. Tapi bukan itu yang membuatku terkejut, melainkan sebentuk kalung emas berukuran lumayan besar melilit leher, berkilau kontras dengan warna kulitnya.
Aku merasa aneh. Apalagi membayangkan sikap wanita itu yang cepat-cepat kabur setelah mengambil uang dari tanganku. Aku ikhas memberi sedekah, hanya saja aku jadi bertanya-tanya sendiri apakah sedekah itu sudah ku alamatkan pada orang yang tepat? Ataukah ada orang lain yang lebih tepat menerima sedekah dibanding wanita itu?

Perkara ini sempat membuatku menimbang-nimbang lagi tentang keikhlasan. Salahkah bila aku jadi ragu memberi kepada pengemis? Apakah aku malah mendidik mereka menjadi manusia yang malas bekerja? Apakah aku seharusnya menyalurkan sedekah hanya  kepada orang tak mampu yang membutuhkan bantuan? Tapi bagaimana aku bisa tahu siapa yang tak mampu dan pantas dibantu?

Kenyataannya sulit mengetahui ukuran “mampu” dan “tak mampu” dengan mengandalkan pandangan mata. Contohnya si Ibu pengemis itu. Sekilas dia tampak tak mampu, dengan baju lusuhnya, sendal jepit butut, wajah memelas dan tangan yang menengadah. Tapi kalung emas yang melilit lehernya menegaskan hal sebaliknya.

Lalu bagaimana caranya menyalurkan sedekah, zakat dan infaq tepat pada orang yang membutuhkan, sehingga tak perlu menimbulkan rasa “bersalah”?

Teringat sebuah hadits dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَا »  وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئاً

Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya.

Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan dan pahala orang yang meyantuni anak yatim, sehingga imam Bukhari mencantumkan hadits ini dalam bab keutamaan orang yang mengasuh anak yatim.

Seingatku, makna hadits ini menyebutkan bahwa orang yang menyantuni anak yatim di dunia akan menempati kedudukan tinggi di surga dekat dengan Rasulullah. Yang dimaksud anak yatim adalah anak yang ditinggal mati oleh ayahnya sebelum anak itu mencapai usia dewasa.

Lalu apakah aku harus melakukan survey sendiri, mencari anak-anak yatim untuk disantuni? Tidak juga. Selalu ada solusi efisien dan praktis untuk melakukan kebaikan di zaman modern sekarang ini.
Aku mengenal sebuah yayasan non profit yang merupakan lembaga sosial masyarakat dari salah seorang sahabat. Yayasan ini menyantuni anak yatim  dengan cara menghimpun dan mengelola dana zakat, infaq, sadakoh, qurban dan wakaf dari perorangan, kelompok, perusahaan, dan badan lainnya. Banyak sekali yayasan sejenis  berkembang di Indonesia akhir-akhir ini , tapi ada satu hal istimewa yang membuatnya berbeda dari yayasan lain.

Yayasan yang bernama “ Yatim Mandiri” menitik beratkan pada program kemandirian anak yatim sebagai program unggulannya. Jadi anak-anak yatim tidak hanya diberi makanan, pakaian dan kebutuhan primer, tapi lebih dari itu. Mereka dibekali kemampuan  sebagai bekal hidup agar bisa “berdiri di kaki sendiri”  menjadi manusia yang produktif dan bermanfaat.

Yayasan Yatim Mandiri berdiri pada tahun 1994, pada tahun 2008 telah dikuatkan dengan akta notaris  Maya Ekasari Budiningsih, SH dan makin  kuat eksistensinya sebagai lembaga zakat dengan pengesahan dari DEPHUMHAM RI dengan nomer AHU-2413.AH.01.02.2008. dan mempunyai NPWP nomer : 02.840.224.6.609.000.
Pelatihan ESQ bagi anak-anak yatim yang diselenggarakan oleh Yayasan Yatim Mandiri

Anak-anak yatim mengikuti test masuk Mandiri Enterpreneur Center (MEC)

Anak-anak yatim yang berprestasi

Yayasan Yatim Mandiri mengembangkan Lembaga Pusat Pendidikan dan Pelatihan (PUSDIKLAT) yang khusus ditujukan untuk anak-anak yatim purna asuh  yang telah lulus SMU tanpa biaya alias gratis. PUSDIKLAT yatim ini dinamai Mandiri Enterpreneur Center (MEC) dengan visi dan misi membentuk anak-anak berjiwa enterpreneur yang kelak  menjadi pengusaha handal. Yayasan Yatim Mandiri juga memiliki ruang usaha bernama Mitra Mandiri sebagai wadah untuk aplikasi bisnis anak-anak yatim dari berbagai kota di Indonesia yang menjadi binaan.

Bayangkan bila zakat, infaq, sedekah, dan wakaf yang diberikan kepada orang yang membutuhkan bagai benih ditanam berkembang menjadi investasi akhirat yang” panjang “ pahala dan manfaatnya. Bayangkan dengan sedekah yang diberikan kepada anak-anak yatim bisa membantu mereka mendapatkan keahlian, hingga mereka mampu mandiri, menopang hidupnya sendiri bahkan hidup orang lain, dan menjadi manusia-manusia berdaya guna yang menebar manfaat bagi sesama manusia. Beramal pada tempat yang tepat seperti ini tentulah lebih bermanfaat dibanding amal yang salah alamat.

Lebih jauh tentang yayasan  ini bisa dilihat di link Yatim Mandiri.




Tidak ada komentar: