Jumat, 28 November 2014

Dermaga Coklat


Mata Reva berbinar-binar. Senyumnya mengembang ceria seolah dialah makhluk paling bahagia di dunia. Sambil duduk di bangku besi, tatapannya menebar memandang langit biru cerah berhias gumpalan putih berarak bagai kapas  lembut.  Deretan pepohonan hijau seolah memagari rumah- rumah cantik  yang berjejer di seberang sana. Sebuah kubah bertabur keramik biru dengan tiga menara langsing  berujung lancip  mencuat di atas rimbun pepohonan. Tiga angsa yang berenang-renang di tengah danau  seolah  bintang utama pada  layar indah yang terbentang di hadapan gadis itu, padahal tidak demikian.

Pusat perhatian Reva bukan pada tiga unggas cantik berbulu putih , tapi pada sebuah dermaga mini sepi membisu di seberang sana . Dermaga kayu bercat coklat   bergaya  minimalis itu berpagar  batang-batang kayu yang tersusun  vertikal.  Dua buah tiang  berwarna senada seolah tertancap kokoh di lantai dermaga.

“Indah sekali. Aku suka tempat ini, Raka.  Ah, aku lapar. “ Desah Reva.

Raka merasa hatinya kelu. Ucapan Reva yang bernada riang itu justru menusuk kalbunya. Dia bangkit menghampiri kakaknya, mengangsurkan sebuah wadah plastik segi empat berisi roti dan kue-kue. Reva menerima wadah itu, dan memakan isinya.

Raka kembali duduk agak jauh dari  sang kakak.

“Sebentar lagi dia datang, Raka. Dia pasti datang. “ Reva berucap lirih.

“Tentu saja.” Balas Raka. Matanya mengawasi wajah Reva dengan perasaan campuk aduk.

“Kau tahu, Raka. Dion sangat mencintaiku. Kemarin dia menulis surat cinta yang indah sekali. Apa kau ingin membacanya?” Tanya Reva. Jemari kurusnya bergerak merogoh-rogoh saku mantel merah jambu lalu mengeluarkan sebentuk kertas kumal yang terlipat.

“Tidak. Kau saja.” Ucap Raka pendek.

Reva tersenyum.

“Baiklah.”

Gadis itu membuka lipatan surat dengan riang. Kepalanya menunduk menekuri deretan huruf yang ditulis dengan tinta hitam.

Dion, pemuda tampan pujaan hatinya , sangat pandai merangkai kata-kata indah yang membuai hati. Surat cintanya seakan membawa Reva pada dunia bertabur bunga.

Raka melihat pipi Reva bersemu merah. Sesaat kemudian gadis itu tersenyum. Senyum yang makin mengembang  kemudian  berubah menjadi airmata haru.

“Aku sungguh beruntung, Raka. Dion benar-benar mencintaiku.” Gadis itu terisak-isak, mengusap butiran hangat  yang tergenang di  sudut – sudut matanya. Mata bening  yang sudah mulai diwarnai keriput.

 Lalu dia membalik lipatan kertas, membaca lembar kedua surat itu. Kini sang gadis terkekeh-kekeh.

“Oh, Dion... kamu lucu sekali.” Reva berkomentar sambil meneruskan menekuri kertas kumal di tangannya.

Dada Raka bergemuruh. Dia terus  menatap Kakaknya. Raka sudah hafal adegan terakhir prosesi pembacaan surat cinta itu. Yaitu ketika Reva mendekapkan lembaran kertas  di dadanya sambil menatap lurus ke dermaga kayu jauh di sana.

“Itu dia! Dia datang Raka! Dia datang!” Seru Reva gembira. Gadis itu berdiri.  Dia melambai-lambaikan tangan dengan penuh semangat kepada seorang laki-laki muda bertubuh tinggi atletis yang berdiri di dermaga kayu coklat.

Seluruh semangat hidup dan kebahagiaan seolah merasuki sekujur tubuh Reva. Gadis itu menatap pemuda gagah di sana dengan mata berbinar. Lalu dia kembali duduk, senyumnya terus mengembang. Lama sekali, hingga langit meredup.

Raka menahan gejolak perasaannya. Sudah ratusan kali hal ini dialaminya, tapi rasa itu tetap sama. Getir.

“Dia harus pulang, Raka. Kalau tidak, semua bisa kacau. Kau tahu  bagaimana ayah dan ibunya, kan?” Reva terus menatap pemuda tinggi yang menyemai cinta dihatinya, hingga gelap menelan bayangan pemuda itu.

“Dia sudah pulang, Raka. Tak apalah. Aku bahagia, dia datang. Artinya dia sungguh mencintaiku.” Ucap Reva.

Raka mengangguk.

“Ayo kita pulang, Kakak. “ Raka menghampiri Reva, membimbingnya perlahan menyusuri jalan setapak menuju mobil yang diparkir agak jauh di pinggir jalan raya.

Jalan setapak itu gelap, tapi tak apa.Setelah ini mereka akan berbelok  ke kiri. Raka sudah hafal di luar kepala. Sudah bertahun-tahun dia menemani Reva ke tempat itu.

Meskipun keadaan telah banyak berubah, tapi jalur jalan setapak menuju danau buatan masih tetap sama seperti 9 tahun lalu, ketika dia menemani Reva menemui Dion.

Cinta Dion dan Reva begitu indah, dan Rakalah saksinya.  Dengan setia, Raka selalu menemani Reva dalam setiap kesempatan bertemu Dion. Sayang sekali orang tua Dion membenci Reva. Mereka mendera Dion dengan keras, melarangnya menemui Reva.

Tak heran mengapa hubungan Dion dan Reva terhalang dinding yang tinggi, karena setinggi itu pulalah perbedaan status ekonomi mereka. 

Orang tua Dion pemilik kerajaan kecil di seberang danau buatan itu. Kerajaan kecil  mereka dimotori sebuah pabrik  yang menjadi  “pencetak uang” bagi keluarga Dion. Rumah-rumah cantik yang berjejer di belakang rimbunnya pohon di tepi danau tak lain adalah rumah-rumah karyawan yang bekerja di pabrik milik orang tua Dion.

Sementara Reva dan Raka, hanyalah dua bersaudara yatim piatu yang berusaha berdiri tegak di kaki sendiri. Mereka mewarisi sebuah rumah tua dan mobil sedan bobrok yang mesinnya sering ngadat. Mereka bukan siapa-siapa. Masih untung Raka memiliki pekerjaan yang membuatnya mampu menopang hidupnya dan Reva.

Suatu hari, 9 tahun yang lalu, Dion tak lagi  mampu menahan hasratnya . Ia bertekad menikahi Reva meskipun harus menentang orang tuanya. Dion membawa Reva melaju ke luar kota, menuju rumah paman Dion yang bersedia membantu proses pernikahan mereka.

Skenario Tuhan berkehendak lain. Sebelum tiba di tempat tujuan, sebuah truk tangki menghantam mobil Dion, menewaskannya seketika. Sementara Reva yang duduk di sebelah Dion tidak mengalami luka  berarti di tubuhnya. Tubuh Reva memang baik-baik saja tapi luka parah justru mengoyak jiwanya, merubah warna kehidupan gadis cantik itu menjadi gelap.

Berbulan-bulan Reva hanya  diam, seperti mayat hidup. Jiwanya seolah tercabut dari tubuh. Reva pernah menjadi penghuni sebuah rumah sakit jiwa, tapi akhirnya Raka membawanya kembali pulang. Rumah sakit jiwa itu tak memberi solusi apa pun untuk kesembuhan Reva.

Raka merawat kakaknya dengan penuh cinta. Di dunia ini hanya Reva satu-satunya saudara Raka .  Demi Reva, Raka rela menunda harapannya  menikah dan membangun sebuah keluarga. Tak mudah  menemukan seorang wanita  tulus  yang mau menerima  dirinya, dan merawat kakak ipar yang sakit jiwa.

Kematian Dion seolah menjadi pemicu kehancuran bagi banyak orang. Bukan cuma Reva, tapi orang tua Dion dan kerajaan kecilnya pun ikut runtuh. Raka tak mengerti apa sebabnya, tak lama setelah kematian pemuda itu, pabrik milik keluarga Dion tutup. Kabar yang  tersebar di media setempat menyebutkan keluarga besar Dion terlibat sengketa tanah. Sengketa itu berlarut-larut tak kunjung mencapai penyelesaian hingga detik ini.

Lalu semua berubah. Pabrik yang tutup itu merenggut  denyut nadi  kehidupan kompleks perumahan megah di seberang danau. Karyawan-karyawan kehilangan pekerjaan, sekaligus tempat tinggal nyaman yang selama ini menaungi mereka. Ayah Dion wafat, dan Ibundanya pindah dari istana berkubah biru dengan 3  menara berujung lancip itu, entah kemana.

Raka  melihat  betapa tempat indah saksi bisu kisah cinta Reva dan Dion  kini telah berubah wujud. Tahun berganti tahun. Danau itu kini berair keruh, bau dan penuh sampah. Pohon-pohon yang tumbuh mengitari danau  tertutup semak belukar. Rumah-tumah cantik yang berjejer berganti wajah, bobrok tak terurus. Bangunan megah berkubah biru  dengan tiga menara berujung lancip kini menyerupai istana hantu. Dermaga kayu coklat di sana, tempat biasanya Dion berdiri menatap Reva, kini tak kalah menyedihkan. Kayu-kayunya lapuk, lantai bolong di sana-sini, dan tiang –tiang yang dulu kokoh telah doyong, sekarat, hampir ambruk. Dan angsa putih itu sejak bertahun lalu tak pernah tampak berenang di sana.

Hal inilah yang menohok jiwanya. Bagaimana hatinya tak kelu, ketika Reva berkata bahwa tempat itu indah. Salahkah bila Raka sering membawa Reva ke tempat ini, padahal dia tahu bahwa mata, hati dan jiwa Reva berada dalam dunianya sendiri. Dunia yang tak sama dengan kenyataan.

Salahkah bila tujuannya membawa kakaknya kesini  karena ingin mengobati kerinduannya pada sosok Reva yang dulu, yang ceria, ekspresif dan bahagia.

Reva hanya bisa menjadi “makhluk hidup” beberapa jam saja  saat  Raka membawanya ke tempat itu. Rangkaian adegan selalu sama dari tahun ke tahun, seperti film singkat yang diputar berulang-ulang, ratusan kali.

Raka pun seperti terjebak lingkaran statis yang tak berujung. Bila rindu pada Reva mendatangkan sesak yang tak mampu lagi ditahan, dia akan melakukan hal yang sama.

Raka memakaikan mantel merah jambu di tubuh Reva, menyelipkan surat cinta lusuh peninggalan Dion ke saku mantel itu, lalu membawa wadah plastik berisi kue-kue dan roti kesukaan Reva. Selanjutnya dia menuntun gadis yang mirip mayat hidup itu menuju danau buatan. Raka seperti menyaksikan  jiwa sang mayat yang terikat di dermaga coklat kembali merasuki tubuh. Sejenak dia melihat Reva yang hidup, yang merasa lapar, yang tersenyum, berkata-kata, menangis, terkekeh, melonjak gembira, dan berbinar-binar menatap pemuda pujaannya. Hanya beberapa jam saja. Setelah mentari tenggelam, sang jiwa akan kembali meninggalkan raga.

Raka membuka pintu mobil, menuntun Reva duduk di jok sedan tua miliknya. Gadis itu diam, menatap lurus ke depan. Ekspresinya datar. Ketika Raka telah siap dibelakang kemudi, dia menoleh memandang wajah kakaknya dengan sayang. Raka beringsut memeluk tubuh kurus Reva.

“Kakak, kapan kakak sembuh? Aku rindu Kakak...” Bisik Raka pilu.

Reva tak bereaksi. Dia telah kembali menjadi mayat hidup, terbelenggu dalam dunianya sendiri.


Jiwanya tertinggal  dan terikat erat bersama bayangan Dion di dermaga coklat yang hampir ambruk..

Rabu, 26 November 2014

Mari Sesekali Letakkan Kaki di Sepatu Orang Lain


Pagi yang sejuk. Dengan penuh semangat kuletakkan lasagna buatanku di tiga buah piring, lalu kusodorkan kehadapan  anak-anakku. 


Perbincangan di meja makan itu diwarnai wajah cemberut Anin.

"Ih.. Males banget sekolah!" Ujarnya sambil menyuap sepotong kecil lasagna. Bibir anak gadis kelas 10 SMA itu manyun.

Ucapan Anin langsung mempengaruhi adiknya, Dea. 

"Iya, ya.Bisa nggak sih kayak kemarin. Libur saja." Anak perempuan kelas 7 SMP itu menyahut dengan wajah yang sama keruhnya.

Si bungsu Rafif  tampaknya tak mau ketinggalan. 

 "Afif juga gak mau sekolah ah!" Serunya.

Wah, bukan main. Emosi itu menular.

Kalau menuruti emosi, rasanya saat itu aku ingin ngomel panjang pendek yang bunyinya kira-kira begini,

“Kalian itu harusnya bersyukur! Kalian beruntung bisa sekolah. Banyak anak-anak lain ingin sekolah tapi tidak ada biaya, bla…bla..bla…”

Tapi itu cara primitif . Anak-anak yang sedang mengalami kondisi emosi tak memberdayakan, kalau disuapi nasehat model begitu, reaksinya biasanya malah menjadi marah, kesal, merasa tak dimengerti.

Maka aku memilih menggunakan cara menasehati yang lebih nyaman. Dengan menggunakan metafora, memainkan visualisasi, menciptakan lukisan atau gambar  berdasarkan persamaan atau perbandingan. Tujuanku adalah untuk   menanamkan belief atau keyakinan, mensyukuri nikmat yang dimiliki anak-anakku.

 "Sekarang coba kita main game. Caranya gampang. Kita berkhayal, yuk!" Dengan memasang wajah tenang aku menanggapi celoteh anak-anakku. Kuhirup teh hijau hangat sebelum melanjutkan bicara.

"Coba bayangkan.  Anin, Dea, Rafif sedang berdiri di pinggir jalan. Baju kalian kotor, lusuh, butut. Tubuh kalian bau, belum mandi, lama tidak terbasuh air dan sabun. Di tangan kalian tergenggam karung goni busuk, penuh barang-barang bekas hasil memungut di tong sampah. Perut lapar, melilit-lilit, sampai gemetaran, keluar keringat dingin. Kaki tanpa alas, belepotan tanah. Betis pegal, dan tubuh kalian lelah. "


Aku mengucapkan kalimat itu dengan nada rendah, ritme perlahan, intonasi  naik turun, dengan tujuan mengarahkan mereka menciptakan visualisasi  atau gambar di kepala anak-anakku. Ketiga buah hatiku melongo. Kurasa mereka bingung menebak-nebak apa maksudku. Aku mengedarkan pandangan ke wajah-wajah bengong itu, lalu melanjutkan pembicaraan.

"Di seberang sana kalian melihat anak-anak berpakaian seragam sekolah. Ada anak laki-laki yang bajunya putih merah, anak perempuan berbaju putih biru, dan satu lagi anak perempuan memakai seragam putih abu-abu. Baju mereka bersih dan rapi. Wajah anak-anak itu cerah, secerah masa depan mereka. Semua anak itu berjalan dengan penuh semangat . Perut mereka kenyang.  Sudah sarapan lasagna buatan Mamanya. Anak-anak itu membawa tas ransel berisi buku-buku pelajaran, melangkah  dengan gagah menuju gedung sekolah. "

 Aku diam sejenak, membiarkan imajinasi  bermain dalam benak mereka.

"Nah, bagaimana rasanya, Nak? Bagaimana rasanya melihat anak-anak yang ceria itu? Kira-kira rasanya ingin ke sekolah nggak? "

Beberapa detik berlalu. Hening.

 "Bubar..bubar... !"Seru Anin sambil beranjak meninggalkan meja makan.

" Yuk, ah!" Sahut Dea. Dia mengikuti langkah Teteh-nya.

"Lho..lho.. mau kemana??" Tatapan mataku membuntuti  dua anak gadis yang buru-buru naik ke lantai atas.

"Ya mandilah!" Ujar Anin.

"Iya , Mama ini, pakai tanya pula.Takut telat ke sekolah nih!" Suara Dea  terdengar bernada kesal.

 " Ooo... " Senyum cengengesan mengembang di wajahku. Jari-jariku iseng mencubiti pipi gembil Rafif. Anak-laki-laki itu buru-buru menyuap potongan lasagna terakhirnya, lalu kabur ke kamar mandi.

Dalam hati aku berkata,
“Alhamdulillah, mereka tidak  malas lagi ke sekolah.Cihuy.”

Kadang-kadang kita perlu mengajak anak-anak melihat dunia dari sudut pandang orang lain, istilahnya kerennya " put our feet in other people's shoes " supaya mereka sadar betapa mereka adalah orang yang beruntung .




Senin, 17 November 2014

Yatim Mandiri, Wadah Amal Tepat Sasaran

Siang itu matahari  begitu garang, seolah mengerahkan   kekuatan penuh yang dimilikinya untuk menyengat bumi . Aku menghela nafas tak sabar, memandang antrian mobil yang menyemut di lampu merah. Kuinjak pedal rem dan kuhentikan mobil menanti  antrian panjang itu bergerak. Rasanya lama,  lampu hijau tak kunjung menyala.

 Seorang wanita muda berpakaian lusuh menggendong bayi berdiri di pinggir jalan. Dia menyeret kaki yang beralas sendal jepit butut, beringsut mendekat. Tangan kirinya sibuk membetulkan letak kain panjang yang  tersampir dipundaknya, menutupi leher hingga  dada. Tangan kanannya menengadah, meminta sedekah. Dia menunggu di jendela mobil kala melihat aku sibuk mengaduk-aduk tas mencari uang. Saat aku temukan selembar duapuluh ribuan, kubuka jendela mobil dan mengulurkan uang itu padanya. Bayi dalam gendongannya tiba-tiba bergerak menarik kain panjang yang tersampir dipundak. Kain itu terlepas, tampaklah leher wanita itu. Aku terkejut. Dia pun terkejut, tapi secepat kilat ia menyambar uang ditanganku. Tanpa bicara apa-apa dia membalikkan badan dan setengah berlari  menjauh dan menghilang dibalik antrian kendaraan.

Beberapa saat aku  tertegun. Masih terbayang leher wanita itu. Lehernya berwarna gelap  sama seperti kulit kusam di wajah dan tubuhnya. Tapi bukan itu yang membuatku terkejut, melainkan sebentuk kalung emas berukuran lumayan besar melilit leher, berkilau kontras dengan warna kulitnya.
Aku merasa aneh. Apalagi membayangkan sikap wanita itu yang cepat-cepat kabur setelah mengambil uang dari tanganku. Aku ikhas memberi sedekah, hanya saja aku jadi bertanya-tanya sendiri apakah sedekah itu sudah ku alamatkan pada orang yang tepat? Ataukah ada orang lain yang lebih tepat menerima sedekah dibanding wanita itu?

Perkara ini sempat membuatku menimbang-nimbang lagi tentang keikhlasan. Salahkah bila aku jadi ragu memberi kepada pengemis? Apakah aku malah mendidik mereka menjadi manusia yang malas bekerja? Apakah aku seharusnya menyalurkan sedekah hanya  kepada orang tak mampu yang membutuhkan bantuan? Tapi bagaimana aku bisa tahu siapa yang tak mampu dan pantas dibantu?

Kenyataannya sulit mengetahui ukuran “mampu” dan “tak mampu” dengan mengandalkan pandangan mata. Contohnya si Ibu pengemis itu. Sekilas dia tampak tak mampu, dengan baju lusuhnya, sendal jepit butut, wajah memelas dan tangan yang menengadah. Tapi kalung emas yang melilit lehernya menegaskan hal sebaliknya.

Lalu bagaimana caranya menyalurkan sedekah, zakat dan infaq tepat pada orang yang membutuhkan, sehingga tak perlu menimbulkan rasa “bersalah”?

Teringat sebuah hadits dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَا »  وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئاً

Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya.

Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan dan pahala orang yang meyantuni anak yatim, sehingga imam Bukhari mencantumkan hadits ini dalam bab keutamaan orang yang mengasuh anak yatim.

Seingatku, makna hadits ini menyebutkan bahwa orang yang menyantuni anak yatim di dunia akan menempati kedudukan tinggi di surga dekat dengan Rasulullah. Yang dimaksud anak yatim adalah anak yang ditinggal mati oleh ayahnya sebelum anak itu mencapai usia dewasa.

Lalu apakah aku harus melakukan survey sendiri, mencari anak-anak yatim untuk disantuni? Tidak juga. Selalu ada solusi efisien dan praktis untuk melakukan kebaikan di zaman modern sekarang ini.
Aku mengenal sebuah yayasan non profit yang merupakan lembaga sosial masyarakat dari salah seorang sahabat. Yayasan ini menyantuni anak yatim  dengan cara menghimpun dan mengelola dana zakat, infaq, sadakoh, qurban dan wakaf dari perorangan, kelompok, perusahaan, dan badan lainnya. Banyak sekali yayasan sejenis  berkembang di Indonesia akhir-akhir ini , tapi ada satu hal istimewa yang membuatnya berbeda dari yayasan lain.

Yayasan yang bernama “ Yatim Mandiri” menitik beratkan pada program kemandirian anak yatim sebagai program unggulannya. Jadi anak-anak yatim tidak hanya diberi makanan, pakaian dan kebutuhan primer, tapi lebih dari itu. Mereka dibekali kemampuan  sebagai bekal hidup agar bisa “berdiri di kaki sendiri”  menjadi manusia yang produktif dan bermanfaat.

Yayasan Yatim Mandiri berdiri pada tahun 1994, pada tahun 2008 telah dikuatkan dengan akta notaris  Maya Ekasari Budiningsih, SH dan makin  kuat eksistensinya sebagai lembaga zakat dengan pengesahan dari DEPHUMHAM RI dengan nomer AHU-2413.AH.01.02.2008. dan mempunyai NPWP nomer : 02.840.224.6.609.000.
Pelatihan ESQ bagi anak-anak yatim yang diselenggarakan oleh Yayasan Yatim Mandiri

Anak-anak yatim mengikuti test masuk Mandiri Enterpreneur Center (MEC)

Anak-anak yatim yang berprestasi

Yayasan Yatim Mandiri mengembangkan Lembaga Pusat Pendidikan dan Pelatihan (PUSDIKLAT) yang khusus ditujukan untuk anak-anak yatim purna asuh  yang telah lulus SMU tanpa biaya alias gratis. PUSDIKLAT yatim ini dinamai Mandiri Enterpreneur Center (MEC) dengan visi dan misi membentuk anak-anak berjiwa enterpreneur yang kelak  menjadi pengusaha handal. Yayasan Yatim Mandiri juga memiliki ruang usaha bernama Mitra Mandiri sebagai wadah untuk aplikasi bisnis anak-anak yatim dari berbagai kota di Indonesia yang menjadi binaan.

Bayangkan bila zakat, infaq, sedekah, dan wakaf yang diberikan kepada orang yang membutuhkan bagai benih ditanam berkembang menjadi investasi akhirat yang” panjang “ pahala dan manfaatnya. Bayangkan dengan sedekah yang diberikan kepada anak-anak yatim bisa membantu mereka mendapatkan keahlian, hingga mereka mampu mandiri, menopang hidupnya sendiri bahkan hidup orang lain, dan menjadi manusia-manusia berdaya guna yang menebar manfaat bagi sesama manusia. Beramal pada tempat yang tepat seperti ini tentulah lebih bermanfaat dibanding amal yang salah alamat.

Lebih jauh tentang yayasan  ini bisa dilihat di link Yatim Mandiri.




Jumat, 07 November 2014

Hernia Nucleus Pulposus, Sebuah Warna Kehidupan


Jatuh

Selepas shalat Isya Minggu malam 26 Oktober 2014, aku berdiri menatap Rafif melalui pintu kamar mandi lantai atas yang terbuka. Si bungsu  yang  berusia 9 tahun itu asyik main air padahal seharusnya dia mandi. Tampaknya tak bisa dibiarkan, aku harus  turun tangan memandikannya. Kalau tidak, anak lelaki itu takkan berhenti menghambur-hamburkan air sepanjang malam.

“Neng, Akang pergi dulu sebentar. Mau beli pulsa tol untuk ke kantor besok pagi.” Terdengar suara suamiku, si Akang dari lantai bawah.

“Iya. Hati-hati, Kang!” Teriakku.

Senin, 03 November 2014

20 Hari Detox Menuju Sehat dan Langsing

Gara-gara   menulis status di FB tentang  menjalani detox dan  sudah terlihat hasilnya,   banyak teman menulis komentar dan inbox menanyakan  detox apa yang kulakukan.

Karena banyak yang bertanya baik via komentar dan inbox , aku sempat kerepotan menjawab. Butuh waktu kalau pertanyaan-pertanyaan itu aku jawab satu persatu. Akhirnya aku berjanji untuk menuliskan pengalaman di blog, setelah proses detox selesai dalam 20 hari.

Terus terang, aku  ragu memposting pengalaman ini, hingga terus tertunda selama hampir 2 minggu. Bukan apa-apa, takutnya dituduh promosi produk dan mau jualan. Tapi teman-teman terus menanyakan lewat inbox, komentar di FB, BBM,  Whatsapps, maupun ketika bertemu langsung. Baiklah teman-teman, janji harus ditepati. Tujuanku menulis hanya untuk sharing pengalamanku apa adanya, tanpa maksud apapun. Ini untuk memenuhi janji pada teman-teman yang bertanya.

Ceritanya, sebelum berangkat ke Amerika di bulan September 2014 lalu, aku menjalani medical check up menyeluruh. Pemeriksaan kesehatan ini memang rutin dilakukan tiap 2 tahun sekali. Setelah pulang ke tanah air, suamiku mengabari bahwa hasil pemeriksaan kesehatanku tak  bagus. Aku over weight dan terindikasi mengalami perlemakan hati.  Bukan overweight-nya yang membuatku cemas, tapi perlemakan hati itu...
Di  Beverly Hills, bergaya dengan tubuh  overweight. Hiks.. 
Perlemakan hati atau fatty liver adalah gejala awal yang dapat menimbulkan masalah pada organ hati dan gangguan fungsi hati. Fatty liver merupakan pembengkakan hati yang diakibatkan oleh penimbunan lemak  berlebihan pada sel-sel hati. Dari semua faktor penyebabnya yang paling masuk akal terjadi padaku adalah banyak mengkonsumsi makanan berlemak jenuh ,  makanan berkalori tinggi, dan goreng-gorengan.

Apa yang terjadi kalau hal ini dibiarkan? Fatty liver bisa berkembang menjadi cirhosis (kerusakan hati akibat sirosis). Aku kenal beberapa teman yang anggota keluarganya meninggal karena sirosis.  Penyakit ini seperti “silent killer”. Tidak ada gejala,tidak ada keluhan apapun.  Penderita tak selalu yang bertubuh gemuk, sering juga ditemukan pada orang yang langsing. Penyakit ini baru menunjukkan gejalanya ketika kerusakan hati sudah parah.

Contoh yang baru saja aku lihat adalah almarhum suami salah seorang temanku. Dia pria yang terlihat sehat dan rajin olah raga. Lalu tiba-tiba  jatuh sakit dan baru ketahuan menderita sirosis hati  stadium lanjut.

Bagaimana mengetahui apakah seseorang menderita fatty liver atau tidak? Satu-satunya cara adalah dengan melakukan pemeriksaan darah  lab darah lengkap, SGOT/SGPT, bilirubin,  dan kolesterol.
Kenyataan bahwa aku mengalami fatty liver seolah menjadi pemicu untuk evaluasi diri. Apa yang sudah aku lakukanlah yang menyebabkan hal ini terjadi. Ibarat kata pepatah “ Siapa menabur, dia menuai.”

Selama ini aku sudah berlaku zalim terhadap diri sendiri.  Sejak jarang olahraga, berat badanku merambat naik. Ditambah sering jalan-jalan  lengkap dengan  paket wisata kuliner. Bahkan pulang dari Amerika aku mendapat bonus tambahan 2 kg berat badan!

 Aku terlalu memanjakan lidah. Sering sekali membuainya dengan berbagai makanan lezat, gurih, dan berlemak. Tanpa sadar aku sudah menyiksa organ tubuh yang lain. Liver-ku menderita, menerima  kelimpahan lemak. Semua itu akibat   memperturutkan nafsu menyenangkan lidah. Sungguh tak adil.

Saran yang diberikan dokter, aku harus menjalani pengobatan di RS Jantung Harapan Kita. Huhuhu... dengar nama rumah sakit itu saja hatiku pilu ( lebay). Terbayang harus bolak-balik Bogor-Jakarta, terus harus minum obat dan lain-lain. Hiks..

Lalu bagaimana? Logikanya, kalau di tubuh terdapat kelebihan lemak yang bakal menggangu kesehatan, ya lemaknya harus dibuang. Tapi bagaimana caranya? Selama ini kalau ingin menurunkan berat badan aku melakukan diet dan olah raga. Tapi lemak yang nempel dihati apakah bisa dibuang juga?

Beberapa minggu sebelumnya, salah seorang tetanggaku pernah menawarkan produk smartdetox untuk mengeluarkan racun-racun dari dalam tubuh sekaligus membuang lemak tubuh.  Tapi waktu dia menjelaskan panjang lebar tentang produk itu, aku sama sekali tak berminat. Soalnya aku merasa sehat-sehat saja, dan tidak gemuk-gemuk banget sampai harus menjalani detoxifikasi. Lagi pula harganya mahal, lebih baik uangnya aku belikan tiket pesawat buat jalan-jalan. Begitulah pikirku saat itu.

Di website Smartdetox Synergy, disebutkan bahwa program detoxifikasi  dengan produk ini bisa membuang berbagai racun yang berasal dari polusi  air, udara, kuman, virus, bakteri, pestisida, zat beracun, logam berat, formalin, pengawet makanan,perasa buatan, dan pewarna buatan yang tanpa sadar dikonsumsi. Racun-racun yang menumpuk ditubuh inilah yang mengganggu metabolisme tubuh sehingga metabolisme berjalan lambat. Karena metabolisme lambat, nutrisi yang masuk ke dalam tubuh tak dapat seluruhnya diubah menjadi energi. Nutrisi yang belum diubah menjadi energi akan disimpan oleh tubuh dalam bentuk lemak. Kalau penumpukan lemak berlangsung terus menerus, akibatnya adalah overweight bahkan obesitas. Kalau sudah begitu, penyakit-penyakit “seram” seperti jantung, darah tinggi, diabetes mulai mengintai.

Aku sempat browsing-browsing dengan kata kunci “smart detox synergy “ untuk mengetahui lebih banyak informasi tentang produk ini. Produk smart detox sudah memiliki serfikat FDA, TGA, GMP, Halal dan BPOM RI. Tapi rasanya masih belum percaya meskipun banyak testimoni penggunanya terlihat meyakinkan. Sampai suatu hari aku kembali bertemu dengan tetanggaku itu. Wuiih... penampilannya kok jadi kinclong begitu. Lebih langsing dan segar.

Lalu mulai bimbang. Mau berobat ke rumah sakit atau coba detox dulu ya... Ujung-ujungnya daripada galau, aku shalat istikharah. Setelah shalat, rasanya mantap. Aku pilih menjalani detox dulu. Satu-satunya yang membuat ragu adalah karena harganya yang lumayan mahal. Lalu  muncul keraguan akan diri sendiri, sanggup tidak mendisiplinkan diri untuk mengikuti program selama 20 hari menjauhi makanan yang enak-enak?

Tapi aku pikir inilah saatnya menebus dosa. Dosa menzalimi diri sendiri, membebani tubuh dengan makanan enak tapi tak sehat selama bertahun-tahun hingga organ-organ tubuh menderita. 20 hari bukanlah waktu yang terlalu lama. Pasti bisa.


Lalu aku nekat membeli produk smartdetox.  Satu paket  yang disebut ultimate pack seharga Rp. 7.500.000,- untuk detox selama 20 hari.  Bismillah...

Produk smartdetox  terdiri dari :

1.      Liquid Chlorophyll


Cairan hijau hasil ekstrak  daun Alfalfa (medicago sativa) dengan kadar kolorofil sangat tinggi ini mengandung 60 nutrisi penting yang dibutuhkan untuk membersihkan sistem pencernaan. Satu sendok makan klorofil ini nutrisinya setara dengan 1 kg sayuran. Manfaat produk ini adalah membersihkan racun, membuang lemak, penyeimbang kadar gula darah,antioksidan, antiseptik alami dan baik untuk imunitas tubuh.

2.      Spirulina


Bentuknya kapsul yang berisi ganggang biru-hijau (spirulina palatensis) yang   mengandung delapan asam amino esensial: enzim, asam gamma linolenat (asam lemak esensial), gula tumbuhan alami, beta-karoten, carotenoid, vitamin B Kompleks, vitamin E, serta mineral chelated, dan mineral potassium, kalsium, seng, magnesium, mangan, selenium, besi, tembaga dan fosfor.  Manfaatnya meningkatkan sistem kekebalan tubuh, antivirus, antikanker, melindungi dari reaksi alergi, meningkatkan metabolisme tubuh, memperbaiki sistem pencernaan, mengatasi gejala anemia, mengatasi kekurangan gizi, membantu penyembuhan tukak lambung, mengurangi resiko penyakit jantung, mengontrol sintesa kolesterol dalam liver, membantu penyembuhan hepatitis kronis, menjaga kesehatan liver.

3.      Nutriburst

Bentuknya bubuk beraroma jeruk. Terbuat dari buah-buahan, sayuran, biji-bijian dan kacang-kacangan yang mengandung serat tinggi, antioksidan, mineral dan vitamin.    Manfaatnya adalah  mencegah kanker, membantu kesehatan jantung, mencerahkan kulit, membantu mengatur berat badan. Mengkonsumsi nutriburst membuat perut terasa lebih kenyang sehingga menekan keinginan untuk ngemil.

4.      Maximum Protein

Bentuknya bubuk beraroma coklat. Sebagai sumber protein yang membangun massa otot, sehingga saat lemak berkurang  massa otot tetap dipertahankan. Manfaatnya untuk mengurangi nafsu makan, menghambat produksi lemak, membantu mencegah penambahan lemak yang tersimpan dalam tubuh. Dengan mengkonsumsi Maximum Protein ini saat tubuh membuang lemak, tidak terjadi bagian tubuh  menggelambir, karena lemak yang hilang digantikan dengan otot. Hasilnya tubuh langsing dan kencang.

5.      ProArgy-9 Plus

Ini adalah produk unggulan yang memenangkan hadiah Nobel tahun 1998. Bentuknya bubuk yang bila dilarutkan  ke dalam air akan berwarna biru, lalu bila diaduk warna birunya berangsur  menjadi ungu. Rasanya segar.

Manfaat ProArgi9-Plus :

1. Menjaga kesehatan sistem kardiovaskular
2. Meningkatkan aliran darah ke organ vital
3. Memerangi efek negatif penuaan dini
4. Menggunaan Xylitol sbg pemanis utk meningkatkan kesehatan mulut
5. Meningkatkan performa hubungan suami istri yang sehat
6. Menurunkan lemak di tubuh
7. Menjaga kadar gula darah yg sehat
8. Meningkatkan energi
9. Meningkatkan kualitas sperma dan sel telur

Lima produk itulah yang selama 20 hari aku konsumsi untuk menuju sehat dan langsing.
Dalam proses detoxifikasi, waktu “makan” dibagi menjadi 3 macam :

1.      Minum ProArgy-9 Plus 2 sachet dicampur air 300-500 cc



2.      Cemilan, 1 sendok liquid chlorophyll dicampur air 300-500 cc dan 3 kapsul spirulina


3.      Makan pagi-siang-malam : air putih 500 cc +2 scoop nutriburst + 2 scoop maxi protein






Ada dua pola yang ditawarkan dalam menjalankan detox. Yang pertama pola 2-3-2. Artinya selama 2 hari boleh makan siang sebanyak setengah dari porsi biasanya, sementara makan pagi dan makan malam mengkonsumsi produk smartdetox. Lalu 3 hari hanya mengkonsumsi produk, tidak boleh makan nasi dan lauk-pauknya, ngemil kue, atau apapun. Selain itu harus banyak minum air putih. Dua hari berikutnya kembali boleh makan siang sebanyak setengah dari porsi biasa. Begitu terus pola berulang samapai 20 hari.

Pola yang kedua adalah 5-2-5. Artinya selama 5 hari aku hanya boleh mengkonsumsi produk smartdetox dan air putih yang banyak. Lalu dua hari berikutnya boleh makan siang sebanyak setengah porsi biasa. Lanjut 5 hari lagi mengkonsumsi produk smartdetox. Pola demikian berulang samapi 20 hari.

Karena ingin cepat melihat hasilnya, aku pilih pola yang kedua digabung dengan puasa. Karena aku punya hutang puasa Ramadhan selama 5 hari, jadi  bayar hutang puasa itu sekaligus aku lakukan  di 5 hari pertama program detox. Bagaimana caranya?

5 Hari Pertama, Detox disertai Puasa.

Aku bangun pukul 3 dini hari. Sebelum shalat tahajjud, kucampur satu sendok makan  liquid Chlorofil kedalam satu gelas air putih.  Dengan air hijau itu aku minum 3 kapsul spirulina.

Selesai shalat, sambil  beres-beres keperluan anak-anak aku minum air putih  yang banyak. Jam 4 dini hari sebelum waktu subuh tiba aku menyiapkan 500 cc air putih dalam gelas  shaker, lalu dua scoop nutriburst dan dua scoop maximum protein aku campurkan kedalam air, dikocok hingga larut, lalu diminum. Itulah makan sahurku. Kenyang.

Saat buka puasa tiba, yang pertama dikonsumsi adalah liquid chlorophyll dan spirulina. Lalu banyak-banyak minum air putih. Satu jam kemudian, minum nutiburst + maxi protein.  Setelah itu minum air putih lagi, yang banyak. Sebelum tidur jam 21.00 atau 22.00 aku minum dua bungkus ProArgy-9 plus dicampur air 500 cc.

Satu hari pertama, aku merasa agak lemas. Tapi hari selanjutnya tubuh sudah mulai bisa menyesuaikan. Aku tidak merasa lemas lagi, aktivitas pun bisa berlangsung seperti biasa.

Hari ke 6 dan 7

Bangun pagi saat perut masih kosong, aku minum 500 cc air putih dicampur 2 bungkus ProArgy-9.  Lalu banyak minum air putih. Jam 9 atau jam 10, 3 butir kapsul spirulina diminum bersama 1 sendok makan chlorophyll yang dilarutkan ke dalam segelas air.

Saat tiba waktunya makan siang, aku  yang sudah kangen makan makanan padat merasa “kalap”. Rasanya semua makanan ingin dimakan. Lalu aku ambil nasi dan lauk yang banyak, padahal seharusnya makan hanya setengah dari porsi biasanya. Tapi ternyataaa...perutku tak sanggup menghabiskan semua makanan itu, yang habis memang hanya setengah porsi saja. Selama 5 hari puasa, saat buka dan sahur hanya minum  makanan cair dan kapsul tampaknya membuat lambungku mengecil. Haha...

Hari ke 8 sampai 12

Bangun tidur saat perut masih kosong, aku minum 2 bungkus ProArgy-9 dicampur air 500 cc. Pukul 10, saatnya ngemil liquid chlorophyll dan 3 kapsul spirulina.Jam 12.00, makan siang minum nutriburst + maxi protein. Pukul 15.00 ngemil liquid chlorophyll dan spirulina lagi. Lalu jam 19.00 makan malam segelas nutriburts+maxi protein, terakhir sebelum tidur pukul 22.00 minum 2 bungkus proArgy -9 lagi.

Mulanya aku tak terlalu memperhatikan tubuhku, baru sadar telah ada perubahan saat iseng mencoba baju-baju lama. Banyak yang sudah muat kembali. Berat badan pun berangsur turun disertai ukuran pinggang yang mengecil, lingkar lengan dan lingkar paha mengecil.

Di hari ke -12  suamiku, si Akang, pulang dari lokasi kerjanya di Selat Malaka. Tampaknya dia melihat  perbedaan nyata yang terjadi pada penampilanku.

“Di kemanakan pipi chubby Neng tempo hari? Kok sekarang wajahnya lebih tirus?” Ujar Akang sumringah sambil mencubit-cubit pipiku.

“Sudah lama tidak lihat Neng pakai baju ini, kenapa selama ini tak pernah  dipakai?” Tanyanya mengomentari baju yang kukenakan.  Aku tertawa-tawa.

Selama ini baju yang kubeli 3 tahun lalu hanya tersimpan di lemari, terakhir kupakai tahun 2011 saat liburan ke Eropa, dan sekarang baru muat lagi.

Hari ke 13-14

Hari ini aku mendampingi suami rawat inap di RS Advent Bandung untuk teraphy rehabilitasi medik. Saat bangun pagi ketika perut masih kosong, aku minum 500 cc air putih dicampur 2 bungkus ProArgy-9. Lalu banyak minum air putih.

Satu jam kemudian aku minum nutriburst dan maxi protein dicampur 500 cc air putih sebagai sarapan pagi.

Jam 9 atau jam 10, 3 butir kapsul spirulina diminum bersama 1 sendok makan chlorophyll yang dilarutkan ke dalam segelas air.

Dua hari ini aku boleh makan siang. Senangnya di kantin RS Advent Bandung tersedia makanan sehat menu vegetarian yang memang sangat cocok untuk program detox yang sedang aku jalani. Aku makan siang dengan menu nasi merah, sate jamur,  sayuran dan telur. Dengan porsi yang tak banyak, perutku sudah terasa kenyang.

Lalu sekitar jam 15, aku mengkonsumsi clhorophyll dan spirulina untuk cemilan sore. Malam harinya kembali minum nutriburts dan maxi protein.

Sebelum tidur jam 22.00 aku minum ProArgy-9 dicampur 500 cc air putih.

Hari ke-15-20

Pola makan sama seperti hari ke 8-12.  Bangun tidur, langsung minum ProArgy-9. Sekitar satu jam kemudian makan pagi dengan menu minuman shake berupa air putih 500 cc dicampur 2 scoop nutriburst dan 2 scoop maxi protein.

Jam 9 atau 10 minum air putih dicampur 1 sendok liquid chlorophyll dan 3 butir kapsul spirulina.
Makan siang jam 12 kembali minum shake nutriburst dan maxi protein. Cemilan sore , liquid chlorophyll dan spirulina 3 kapsul dikonsumsi jam 15.00.

Lalu malam minum shake lagi, sebagai pengganti makan malam. Dan terakhir sebelum tidur pukul 21.00 ata 22.00 minum ProArgy-9.

Di akhir masa detox, total pengurangan berat tubuhku sejumlah 5 kg. Tapi tampaknya yang terkikis adalah lemak tubuh. Lingkar lengan berkurang, lingkar perut berkurang, lingkar paha mengecil dan wajah yang chubby menjadi lebih tirus.

Terakhir mengenakan baju berukuran S ini di tahun 2011 saat liburan ke Eropa.

Ukuran pakaian yang biasanya L berubah jadi M bahkan untuk merk pakaian tertentu ukuran S kembali muat. Stamina tubuh meningkat, aku tak gampang lelah. Meskipun bangun dini hari lalu tidur malam agak larut aku tidak lemas dan mengantuk. Secara keseluruhan terasa perbedaan sebelum dan sesudah proses detox. Hanya saja aku belum sempat check darah kembali untuk mengetahui kadar lemak yang terdapat di liver apakah sudah berkurang atau belum. Kalau sudah check darah, tulisan ini akan aku update dengan laporan hasil test darah.
Sebelum Detox, foto ini menuai komentar-komentar  bernada " Ndut ya..." ketika ku posting di FB.

Foto diambil tanggal 26 Oktober 2014, 4 hari setelah program detox selesai
Demikianlah pengalamanku menjalani detox selama 20 hari, teman-teman. Sekarang yang  harus aku lakukan adalah menjaga tubuh agar tidak kembali terbebani lemak-lemak dan racun yang bisa menimbulkan berbagai penyakit. Semoga aku bisa istiqomah untuk tidak menuruti nafsu makan semata, tidak lagi berlebihan memanjakan lidah dan berlaku zalim pada organ-organ tubuh yang lain. Semoga aku bisa lebih selektif memilih makanan, yang sehat dan bermanfaat buat tubuh, karena menjaga tubuh tetap sehat adalah wujud rasa syukur kepadaNya. Begitu kan?