Rabu, 01 Oktober 2014

Pesona Taman Nasional Seoraksan Korea Selatan





 Suhu udara pagi di musim gugur itu  minus 1 derajat Celcius. Tiga lapis pakaian ditambah kaos kaki tebal, sepatu booth dan sarung tangan wajib digunakan kalau tak mau kedinginan.  Sebenarnya suhu yang demikian itu tidaklah terlalu dingin, tapi hembusan angin yang kencang membuat hawa dingin seolah menyusup sampai ke tulang. Meski demikian, semangat kami tak ciut sedikitpun.  Begitu keluar hotel di kawasan Mount Seorak, Korea Selatan, aku dan suamiku   dibuai oleh  pemandangan yang  cantik berupa replika “Stone Henge” berlatar pegunungan.



Kami berfoto-foto sampai puas dengan berbagai pose. Rasanya ingin mengabadikan setiap keindahan  di area itu. Tak bosan  terus-terusan menatap panorama alam yang cantik ini.
Seorang wanita bule berwajah ramah lewat di dekat kami.
“ Are you newly married couple? “ Tanyanya padaku.
“Yes, we are, Mam... hahaha... We’ve just got married for 15 years.” Sahutku sambil tertawa.
Wanita itu  terkekeh.
“ Congratulation!  Have a wonderful honeymoon for both of you.” Ujarnya sambil berlalu.
“ Thank you.” Balasku sambil melambaikan tangan.

Perjalanan dari hotel menuju kawasan Taman Nasional Seoraksan  hanya memakan waktu beberapa menit saja. Kawasan ini merupakan cagar alam yang pada tahun 1982 ditetapkan sebagai Distrik Pelestarian Biosfer oleh Unesco. Gunung Seorak merupakan gunung tertinggi ke-3 di Korea Selatan setelah Gunung Halla dan Gunung Jiri. Puncak Gunung Seorak tingginya 1.708 m, tersusun dari granit dan gneiss yang membentuk pegunungan berbatu.
Jangan pernah melewatkan Taman Nasional Seoraksan bila berkunjung ke Korea Selatan. Tempat ini indah sekali.


Sejak turun dari bus, kami tak henti berseru-seru senang melihat pohon-pohon berdaun merah, kuning, coklat, dan hijau kekuningan dilatari gunung dan langit biru cerah. Pemandangan yang kaya warna.

Dari pintu masuk, kami terus berjalan sambil menikmati suasana. Tak seberapa lama, disisi kanan jalan kami melihat  patung Budha raksasa atau Grand Bronze Budha yang disebut Tongil Daebul. Berbeda dengan patung Budha tidur yang terdapat di Thailand, patung Budha ini dalam posisi duduk.

Di persimpangan jalan terdapat sebuah jembatan  membentang di atas sungai berbatu-batu putih, indahnya terlihat seperti  sebuah lukisan.
Perjalanan kami lanjutkan hingga sampai ke kuil Shinheungsa. Ada sudut-sudut cantik dari kuil tua ini yang sangat menarik sebagai objek foto.


Setelah beristirahat sejenak sambil minum teh hangat, kami berjalan menuju terminal cable car. Kami duduk di bangku menunggu giliran naik ke Gwongeumseung Fortress. Ketika masuk ke dalam cable car, sengaja kami  mencari posisi dibagian pinggir sehingga bisa bebas menikmati pemandangan kawasan taman nasional dari atas.

Perlahan cable car  bergerak naik. Lalu mata kami    dimanjakan oleh  pemandangan alam yang mengagumkan. Di bawah sana, di sisi kiri, terlihat jalan-jalan  berliku diantara pepohonan. Jalan itu berkelok melintasi tepi sungai yang airnya surut. Batu-batu putih bertaburan di dasar sungai. Makin tinggi cable car membawa kami, sungai bertabur batu-batu putih itu tampak seperti  berlapis salju.  Hulu sungai nun jauh disana bagaikan titik yang mempertautkan barisan gunung berwarna hijau kebiruan.

Makin bergerak ke atas,  di sisi kanan  sungai bergerombol pepohonan dengan daun berwarna-warni. Pohon-pohon itu tumbuh di lereng dan menutupi tebing gunung seperti permadani tebal yang disampirkan. Makin keatas, pohon-pohon makin jarang, lalu berganti  dinding  pegunungan cadas  abu-abu yang bentuknya bergerigi  . Di sela gerigi cadas itu matahari mengintip, menyorotkan sinar keemasannya. Langit biru terang  melengkapi lukisan alam yang menakjubkan. Rasanya hatiku melonjak-lonjak, ingin meneriakkan kekaguman. Masya Allah...



Ketika tiba di anjungan yang merupakan stasiun cable car, kami bergegas turun.  Di anjungan ini pun pemandangan terlihat indah. Disini terdapat pelataran yang dibatasi pagar berwarna biru dimana wisatawan bisa menikmati pemandangan alam dari ketinggian sambil duduk-duduk menikmati minuman dan kue yang dijual di caffe. Lalu ada  jalur untuk mendaki ke puncak berupa anak tangga yang bersusun dengan pagar besi berwarna biru. Anak tangga itu menuju ke atas, ke sebuah jalan menanjak menyusuri lereng gunung.


Kami memilih tidak mendaki ke puncak, hanya duduk dan berfoto-foto di sekitar anjungan itu.
Tapi ketika melihat ke atas,  jalan kecil di lereng gunung itu menarik perhatianku.

“ Kita ke jalan itu yuk! Kayaknya di sana bagus, Kang.”

Akang mengangguk.

Kami berjalan beriringan menapaki anak-anak tangga yang dilapisi  bahan dari karet.  Tak lama tibalah kami di jalan kecil itu. Aku terpesona melihat keindahannya. Jalan itu berkelok dan menanjak, disisi kiri terdapat pagar kayu yang membatasi jalan itu dari tebing curam sementara disisi kanannya terdapat dinding  cadas dan pepohonan. Sayang sekali kami tak punya waktu untuk mendaki sampai di puncak.

“ Foto di situ, Neng!” Seru Akang sambil menunjuk sebuah batu di sisi kananku.

Camera pun menjepret aksiku berkali-kali.

Lalu kami duduk di batu itu. Diam memandang alam.

Aku menoleh memandang Akang, sebuah senyum paling manis kuhadiahkan untuknya.

“ Kenapa senyum-senyum?” Tanyanya.

“ Terimakasih ya, sayang. Sudah membawa Neng ke sini. “

“Sebenarnya Akang ingin mengajak Angelina Jolie . Tapi dia sibuk syuting. Yah, terpaksalah ngajak Neng saja. “ Akang nyengir menggodaku.  

Aku mencubit lengannya dengan gemas. Dia selalu punya cara menggodaku. Tapi tidak dapat kupungkiri, betapa bersyukur aku bisa berada di sini.


Aku menatap lembah cantik di bawah sana, menajamkan indraku.  Kuhirup udara segar, kudengarkan suara-suara alam, gesekan dedaunan, desau angin  dan dingin yang  kubiarkan membelai kulit. Kutanamkam rasa ini dalam memory di  sel-sel otakku, untuk kuhadirkan kembali bila  suatu saat nanti aku merindukan tempat ini.










7 komentar:

Bandung Diary Blog mengatakan...

aduh aduh bagus sekaliiiii! pengen euy ke korea!

Unknown mengatakan...

@Nurul Wachdiyyah : ayok... Ayok..berangkaat!

rita asmaraningsih mengatakan...

Mantap sekali Mbak... Asyik banget ya bisa ke Korea... Aku pengen banget... Apalagi lihat foto2nya Mbak...duh keren2 banget tuh pemandangannya... Kayak yang aku lihat di film2 drama Korea itu... Ngomong2 kalo nyari makanan halal susah gak sih di Korea itu?

Tira Soekardi mengatakan...

wah, enak sekali ay bisa ajlan-jalan ke sana tempat yang diidamkan anak ABG, eh ibu-ibu juga, karena sekarang kan banyak cerpen dan novel yang berseting korea

Ratna mengatakan...

Borong apa di Nam-dae-mun ?
^_^

Sri rahayu mengatakan...

kerenn.senangnya

Indah Nuria Savitri mengatakan...

niceeeee....lovely landscape indeed :)