Senin, 09 Maret 2009

Rafif-ku Sakit



Kemarin malam ketika aku pulang dari rumah mertuaku, Rafif yang tidak ikut langsung menyambut dan memelukku.Aku ciumi jagoan kecilku itu penuh sayang. Lalu aku ingat, ada titipan coklat dari neneknya. Ketika aku buka tas dan mengeluatkan coklat itu, tangan kecilnya langsung menyambar si Silver Queen, dan cepat-cepat dia minta dibukakan bungkusnya.

Aku tidak menyadari kalau itu akan berakibat buruk padanya. Dia memang agak batuk, dan seharusnya aku tidak memberi coklat itu sampai dia benar-benar sehat. Jam 3 dini hari, Rafif gelisah dalam tidurnya. Batuknya makin hebat. Aku balurkan minyak kayu putih di dada dan punggungnya. Jam 4 dia terbangun, dan kali ini dia muntah.
Aku kasihan melihat dia susah tidur lagi.

Jam 7 pagi, dia muntah lagi. Aku beri dia obat batuk, obat pilek dan juga Ventolin, karena nafasnya mulai berat dan berbunyi. Sedih sekali melihat dia, berusaha tidur, tapi terus batuk dan sesak nafas.

Aku coba telepon dokter anak langganan. Tidak diangkat. Lalu aku kirim sms, lama kemudian baru di balas. Sang dokter rupanya sedang weekend di Jakarta. Akhirnya aku bawa Rafif ke rumah salit Charitas, Unit Gawat Darurat. Dibantu Susan, pengasuhnya, dan Anin juga ikut menemani.

Celotehnya mulai terdengar lagi ketika dia di inhalasi. Para perawat tertawa geli meladeni pertanyaan-pertanyaan Rafif.
Selesai di inhalasi, kami ke apotik menebus obat, dan langsung pulang.

Meski sudah 2 kali minum obat, kelihatannya nafasnya masih saja berat. Aku tak tega melihatnya. Dia menolak segala makanan yang disodorkan, sesuatu yang jarang sekali terjadi bila Rafif sehat. Muntah- muntahnya masih berlanjut. Dia tiduran terus. Aku tak boleh jauh darinya, tangannya terulur memeluk diriku.

Kecemasanku meningkat waktu aku lihat bibirnya yang agak biru dan juga daerah sekitar lingkaran matanya. Nafasnyapun masih berat meski tidak berbunyi keras seperti pagi tadi. Aku coba hubungi dokter anak via sms, dan jawabannya aku disuruh membawa Afif kembali ke Rumah Sakit.


Jam menunjukkan pukul 20.10 ketika kami sampai di Rumah Sakit Charitas. Dokter yang memeriksa Rafif menyarankan dia kembali di inhalasi, bahkan sampai dua kali. Dokter menyarankan Rafif meneruskan minum obat sesuai resep yang diberikan tadi pagi. Nafasnya agak lega setelah inhalasi selesai. “ Mama, Afif mau pulang...” rengeknya memelas.

Malam itu Rafif bisa tidur meskipun beberapa kali terbangun. Nafasnya masih berat dan pendek.

“Sayangku, kalo saja penyakitmu bisa dipindahkan, biar Mama saja yang sakit.” Tangisku dalam hati...

Minggu, 08 Maret 2009

Ulang Tahun Anin

Bogor, 25 Februari 2009


Hari ini sudah ditunggu-tunggu sejak lama. Hampir setiap hari Anin bertanya berapa lama lagi ulang tahunnya tiba. Dia kepingin dapat kado yang banyak. Tapi berhubung kami masih di Bogor, dia mesti bersabar sampai kembali ke Palembang. Waktu aku tanyakan apa keinginannya di hari ulang tahun ke 9 ini, jawabannya sangat simple, “ Anin kepingin main di The Jungle, Ma.”


The Jungle adalah tempat rekreasi sejenis water park yang letaknya dekat sekali dengan rumah baru kami. Maka jadilah hari itu kami main di The Jungle. Di depan pintu masuk The Jungle, banyak orang berjualan pakaian. Ada baju renang, celana, baju atasan, daster, sampai celana senam. Harganya? Woow, murah sekali! Aku sampai hampir gak percaya, bisa dapat celana renang buat Rafif seharga Rp. 5.000,-! Kualitasnya? Lumayan, tidak luntur dan warnanya terang. Ukurannya pas sekali sama si bungsu yang gendut itu. Selain itu, aku juga membelikan Dea baju renang Rp. 65.000,- dan celana bermuda untuk Rafif seharga Rp.20.000,- Lumayan murah!


Memasuki pintu gerbang The Jungle, aku sibuk mengambil foto dengan Nokia 95-ku. Tapi begitu masuk ke areal permainannya, segera saja aku lupa untuk berfoto-ria. Permainan di tempat ini sangat mengasyikkan, sampai kami hampir lupa waktu. Hanya Rafif dan mamiku yang tidak ikut main. Mami menjaga Rafif yang bolak-balok minta dibelikan es cream, sampai habis 4 buah!


Ketika hari beranjak siang, kami pulang ke rumah. Hari itu aku dan suami ingin pergi berduaan saja untuk melihat-lihat furniture, terutama tempat tidur untuk kamar utama dan kamar anak.


Sore itu, kami pergi berdua. Rencananya akan beli TV, dan memesan tempat tidur. Ketika lewat di Jl. Padjajaran, kami melihat toko kue “Michelle” yang direkomendasikan Ori tempo hari. Katanya kue dan roti disitu enak. Lalu aku mampir ke toko itu, dan memilih kue ulangtahun kecil buat Anin.




Anin kelihatan senang waktu melihat kue itu. Lilin angka 9 aku nyalakan, dan reaksi heboh malah datang dari Rafif dan Dea yang berlomba-lomba meniup lilin itu. Aku harus berkali-kali menyalakan lagi lilin itu, dan berusaha menahan tangan mungil Rafif yang tak sabar lagi ingin mencolek dan menikmati topping coklat kue itu. Rasanya? Mmmm... yummmy. Memang enak, gak salah Ori merekomendasikan toko kue itu.


Selamat Ulang Tahun Anin! Semoga jadi anak yang shalehah.


Senin, 02 Maret 2009

Ke Bogor Lagi (2)

Senin, 23 Februari 2009

Dari Pagi, anak-anak sudah ribut kepingin berenang. Setelah sarapan di Taman Kencana, kami berangkat menuju Bogor Nirwana Residence (BNR). Cuaca cerah membuat pemandangan Gunung Salak dan Pangrango yang menjadi latar belakang kompleks BNR makin terlihat cantik.



Begitu tiba di Club House dekat rumah, Anin dan Dea langsung berlarian ke arah kolam renang. Mereka langsung melakukan pemanasan dan stretching di pinggir kolam. Aku tertawa geli melihat Dea yang serius mengajari Teteh Aninnya cara melakukan strecthing yang benar. Kemudian mereka terjun ke air.Tapi Rafif tidak berminat berenang. Dia bermain, berlari-lari dengan riang di areal playground.




Aku, suami dan mami menikmati pemandangan cantik dan udara yang segar. Di dekat kolam renang, ada sungai buatan yang dilengkapi dengan air terjun mini yang cantik. Suara air mengalir menyejukkan hati.




Ketika aku naik ke lantai dua gedung Club House, pemandangan makin terlihat cantik. Suamiku duduk di sofa yang nyaman dan mulai membuka laptopnya. Suasana yang tenang membuat dia bisa menyelesaikan beberapa laporan untuk urusan kantor, tapi tak lama kemudian dia mulai menguap. Yaah... ngantuk deh!

Setelah puas berenang, aku memandikan anak2 dan kami pulang ke rumah. Sekarang saatnya bersih-bersih. Aku, suami dan mami berbagi tugas. Mami menyapu, aku ngepel, dan suami membersihkan kamar mandi. Senang rasanya melihat lantai yang bersih, meskipun lumayan capek mengerjakannya. Rumah ini terdiri dari 2 lantai, 4 kamar tidur+1 kamar tidur pembantu, dan 4 kamar mandi.

Meskipun sudah bersih, anak-anak menolak tidur di rumah baru. Mereka protes karena belum ada TV-nya. Akhirnya kami mengantar anak-anak kembali ke hotel.


Selasa, 24 Februari 2009

Pagi yang cerah. Selasai sarapan kami menuju Bank untuk mentransfer sejumlah uang pembayaran pajak dan pengurusan surat-surat rumah ke rekening notaris dan sejumlah lainnya untuk melunasi rumah baru kami.

Rencana selanjutnya adalah mencari sekolah untuk Anin dan Dea. Setelah mengantar pakaian kotor ke laundry, kami langsung menuju ke rumah Kak Maman, sahabat suamiku. Istri Kak Maman, Ori akan mengantar kami ke SD Pertiwi, dimana anak-anaknya bersekolah.

Mendung tebal menggantung di langit Bogor ketika kami tiba di SD Pertiwi. Kami turun dan melihat-lihat area sekolah itu. Gedungnya biasa-biasa saja, tapi aku melihat fasilitasnya lumayan juga. Ada lab komputer, lab bahasa, musholla, ruang musik, perpustakaan, ruang UKS dan kantin. Di sebidang dinding, ada lemari besar hampir seluas dinding itu, penuh dengan piala yang pernah diraih para siswa berprestasi di SD ini.

Kami menemui kepala sekolahnya. Setelah mengutarakan maksud kedatangan kami, sang kepala sekolah menjelaskan persyaratan yang harus di penuhi untuk menjadi siswa di SD Pertiwi.

Hujan deras turun bagaikan ditumpahkan dari langit ketika kami melangkah keluar sekolah. Yah.. beginilah Bogor, namanya juga kota hujan. Apalagi saat ini memang sedang musim hujan. Aku sendiri suka dengan suasana hujan, terasa sejuk dan syahdu.

Acara selanjutnya adalah acara inti. Setelah mengantar Ori kembali ke rumahnya, kami kembali ke BNR. Mami dan anak-anak kami tinggalkan di rumah, dan kemudian kami menuju kantor pemasaran BNR. Tiba saatnya kami akan menanda tangani surat-surat rumah hingga resmilah kami menjadi pemiliknya.

Marketing Office BNR ditata dengan gaya minimalis modern, senada dengan sebagian besar konsep rumah di BNR. Beberpa maket rumah terpajang di dekat pintu masuk kantor dan juga di beberapa sudut ruangan. Dinding kantor di dominasi bahan kaca, sehingga aktivitas para karyawan dapat terlihat dari luar. Kami kemudian berkumpul di ruang yang lebih tertutup.

Setelah membacakan point-point penting, sang notaris mempersilahkan kami menanda tangani document dan surat-surat rumah. Setelah itu suasana jadi lebih akrab, tak ada lagi ketegangan dan kekakuan seperti pada saat pertama. Alhamdulillah, semuanya lancar!

Minggu, 01 Maret 2009

Ke Bogor Lagi



Sabtu 21 Februari 2009


Hari itu, aku bersama suami, anak-anak dan mamiku pergi ke Bogor. Kali ini untuk menyelesaikan transaksi pembelian rumah dan mencari sekolah untuk anak-anak. Selain itu mamiku janjian bertemu dengan sepupu-sepupunya yang sudah lumayan lama tak bertemu.

Kami berangkat dari Palembang jam 6.30 pagi dengan mobil. Dengan harap-harap cemas kami berangkat. Ada 2 hal yang dikhawatirkan. Pertama, kami khawatir jalan lintas Sumatera yang melewati Sukadana rusak, dan tak bisa dilalui kendaraan. Kedua, kabarnya gelombang laut sedang tinggi, kami khawatir tidak bisa menyeberang dari Bakauheni ke pelabuhan Merak.

Untunglah semua kekhawatiran itu tidak terjadi. Jalan yang kami lalui memang tidak 100% mulus, tapi bagian yang tempo hari rusak parah sudah di perbaiki dan cukup lumayan untuk dilalui kendaraan. Pada saat kami tiba di Bakauheni, gelombang laut normal-normal saja, sehingga kapal bisa berangkat ke Merak.

Kami tiba di Bogor jam 9 malam. Udara sejuk Bogor menyambut kami, dan akupun langsung merasa betah. Kami menginap di hotel langganan, Terra Nostra Boutique Hotel, di jalan Salak no. 8. Kamarnya yang cozy membuat kami ingin cepat-cepat tidur dan melepaskan lelah sehingga bisa bangun dengan segar keesokan harinya.


Minggu , 22 Februari 2009.

Pagi itu kami jalan ke taman Kencana, tak jauh dari hotel. Di tempat ini banyak orang berjualan aneka makanan untuk sarapan. Dari siomay, batagor, mie ayam, karedok, gado-gado, soto, rawon, sate, bakso, gudeg, sampai bubur ayam ada disana. Menariknya, di hari Minggu, ada sekelompok seniman yang mengadakan pertunjukan. Meskipun mereka sebenarnya pengamen, tapi mereka menampilkan sesuatu yang jauh lebih baik dari pengamen biasa. Kali ini mereka menampilkan tarian yang menarik, dengan kostum tari yang atraktif. Ada juga seorang dalang yang menampilkan wayang golek. Asyik juga buat ditonton.

Pertunjukan kesenian di Taman Kencana, Bogor

Setelah perut kenyang, kami berangkat. Sekarang tujuannya ke rumah di Bogor Nirwana Residence. Aku dan suamiku ingin melihat kondisinya. Rumah inilah yang akan kami beli, dan rencananya pada hari Senin akan dilakukan penanda tanganan surat dan berkas-berkas sehingga rumah ini akan resmi menjadi milik kami.

Setelah melihat-lihat rumah itu, terutama bagian dalamnya, kami kembali ke hotel. Sepupu mamiku, mamah Ar, datang ke hotel bersama anak, menantu dan cucunya sekitar jam 10.30. Segera saja suasana jadi meriah. Tak lama kemuadian, sepupu mami yang lain, Tante Yati datang juga bersama anaknya. Jadilah kamar hotel ajang reuni keluarga. Seru!










Ketika hari beranjak siang, aku berfikir kemana harus makan siang dengan rombongan yang heboh ini. Tak sengaja aku melihat iklan di halaman belakang majalah yang ada di kamar hotel. Judulnya “ Nasi Bogana Silva, terima pesanan,bisa diantar”. Aku coba menghubungi nomor yang tertera di iklan itu, dan memesan 13 kotak nasi Bogana Silva.

Satu jam kemudian, datanglah pesanan itu. Isinya lumayan unik, nasi uduk dilengkapi dengan daging empal yang empuk, dan pelengkapnya yang disusun mengelilingi nasi. Ada orak-arik tempe, tumis kacang panjang, sambel dan lain-lain. Semua itu dibungkus dengan daun pisang. Rasanya? Enak! Nasinya lembut dan terasa bumbunya. Daging empalnya sedap dan lembut. Sambelnya tidak terlalu pedas. Harganyapun murah, hanya Rp. 10.000,- dengan minimum pemesanan 5 kotak.

Setelah puas ngobrol, Mamah Ar dan rombongannya pamit pulang. Hujan mengguyur kota Bogor. Udara menjadi dingin. Perlahan tetes hujan mereda, berganti rintik gerimis. Tak lama, adikku Linda Oktarina Purnamasari,datang ke hotel bersama pacarnya, Imron. Selama ini Linda tinggal di Jakarta. Dia satu-satunya adikku yang belum menikah.

Suasana jadi meriah lagi, dengan dengan celotehnya bercerita. Aku protes pada adikku, karena tubuhnya jadi gemuk. Tapi dia senyum-senyum saja, malah dengan cueknya dia melahap nasi Bogana yang masih tersisa.

Hari itu diisi dengan melepas rindu pada sanak saudara. Sungguh menyenangkan...